Laporan IEA: Era Pertumbuhan Permintaan Minyak Global Berakhir di Tahun 2030

IEA: Permintaan Minyak Global Diprediksi Menyusut di Tahun 2030

Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan perubahan signifikan dalam lanskap energi global. Dalam laporan tahunannya, IEA memperkirakan bahwa permintaan minyak global akan mengalami penurunan mulai tahun 2030. Penurunan ini menandai pertama kalinya permintaan minyak menyusut sejak dampak pandemi COVID-19 pada tahun 2020.

Laporan tersebut mengidentifikasi sejumlah faktor yang berkontribusi pada proyeksi penurunan permintaan minyak. Diantaranya adalah:

  • Pertumbuhan Ekonomi Global yang Melambat: Prospek ekonomi global yang kurang optimis memberikan tekanan pada permintaan energi, termasuk minyak.
  • Ketegangan Perdagangan: Konflik perdagangan antar negara dapat mengganggu rantai pasokan dan mengurangi aktivitas ekonomi yang bergantung pada minyak.
  • Adopsi Kendaraan Listrik yang Meningkat: Semakin populernya kendaraan listrik (EV) secara bertahap mengurangi ketergantungan pada bahan bakar berbasis minyak.
  • Pergeseran dari Minyak ke Sumber Energi Lain: Upaya diversifikasi energi dan transisi ke sumber energi yang lebih bersih, seperti energi terbarukan dan gas alam, mengurangi permintaan minyak untuk pembangkit listrik.

IEA memperkirakan bahwa total permintaan minyak akan mencapai puncaknya pada 105,6 juta barel per hari (bpd) pada tahun 2029, sebelum kemudian mengalami penurunan menjadi 105,5 juta barel per hari pada tahun 2030. Pada tahun 2020, selama puncak pandemi COVID-19, permintaan minyak global anjlok menjadi 91,7 juta barel per hari akibat lockdown dan pembatasan perjalanan.

Laporan IEA juga menyoroti potensi perubahan perilaku konsumsi minyak di negara-negara konsumen utama. Amerika Serikat diperkirakan akan mencapai puncak konsumsi minyaknya pada tahun 2026 dan mulai mengalami penurunan setelahnya. Sementara itu, China, importir minyak mentah terbesar di dunia, diperkirakan akan mengalami penurunan permintaan mulai tahun 2028. Timur Tengah diperkirakan akan mencapai puncak permintaan minyak pada tahun 2027 dan mengalami penurunan pada tahun berikutnya. Arab Saudi diperkirakan akan memimpin penurunan permintaan minyak domestik karena mengalihkan pembangkit listrik dari minyak ke gas dan energi terbarukan.

Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, menekankan bahwa harga minyak yang tinggi saat ini tidak mencerminkan fundamental pasar yang mendasarinya. Birol menyatakan bahwa pasar minyak saat ini mengalami kelebihan pasokan di tengah permintaan yang lemah, dan harga tinggi saat ini diperkirakan tidak akan bertahan lama. IEA juga menyatakan kesiapannya untuk mengambil tindakan jika terjadi gangguan signifikan pada pasokan minyak global.

Terlepas dari kekhawatiran jangka pendek tentang potensi gangguan pasokan akibat konflik geopolitik, IEA memperkirakan bahwa kapasitas produksi minyak global akan tumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang. Kapasitas produksi minyak diperkirakan akan meningkat sebesar 5,1 juta barel per hari, dua kali lipat dari laju pertumbuhan permintaan, mencapai 114,7 juta barel per hari pada tahun 2030. Arab Saudi dan Amerika Serikat diperkirakan akan menyumbang 40% dari peningkatan kapasitas produksi minyak global ini.