Perang Informasi di Tengah Konflik Israel-Iran: Disinformasi dan Video Rekayasa AI Membanjiri Media Sosial
Gelombang disinformasi menyertai konflik antara Israel dan Iran, yang menciptakan tantangan baru dalam membedakan fakta dari fiksi di era digital.
Serangan Israel ke Iran telah memicu eskalasi tidak hanya di lapangan, tetapi juga di dunia maya, dengan penyebaran video lama yang diklaim sebagai kejadian terbaru dan video hasil rekayasa kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk menyesatkan publik. Tim pemeriksa fakta dari berbagai organisasi telah bekerja keras untuk mengungkap kebohongan ini dan memberikan panduan kepada masyarakat tentang cara mengidentifikasi konten yang menyesatkan.
Video Lama yang Diklaim sebagai Serangan Terbaru
Salah satu contoh disinformasi yang beredar luas adalah video kompilasi yang menampilkan adegan pemboman udara, ledakan, dan kebakaran di malam hari. Video tersebut, yang dibagikan secara luas di TikTok, diberi keterangan provokatif seperti "Israel meluncurkan serangan balasan tanpa ampun ke Iran". Namun, setelah dilakukan verifikasi, terungkap bahwa rekaman tersebut sama sekali tidak terkait dengan konflik saat ini. Video itu sebenarnya berasal dari pemboman oleh Amerika Serikat di Baghdad, Irak, pada tahun 2003, lebih dari dua dekade lalu.
Pencarian gambar terbalik membantu mengidentifikasi sumber asli video tersebut, yang ternyata merupakan bagian dari kompilasi pemboman malam hari di Irak yang pernah ditayangkan oleh CNN. Adegan lain dalam video itu juga ditemukan di situs agensi foto Getty Images, yang semakin memperkuat bukti bahwa rekaman tersebut adalah dokumentasi lama dan tidak ada hubungannya dengan konflik Israel-Iran saat ini.
Ancaman Video Rekayasa AI
Selain video lama yang digunakan di luar konteks, konten buatan AI juga menjadi sumber disinformasi yang semakin mengkhawatirkan. Sebuah video berdurasi 16 detik yang menampilkan pemandangan udara kehancuran besar dan bangunan runtuh diklaim sebagai rekaman dari Tel Aviv setelah serangan. Video tersebut bahkan dibagikan oleh media Iran, Tehran Times, di platform X dengan narasi dramatis tentang "Hari Kiamat di Tel Aviv".
Namun, setelah diselidiki lebih lanjut, terungkap bahwa video tersebut palsu dan merupakan hasil rekayasa AI. Pencarian gambar terbalik mengarah pada unggahan asli video tersebut di TikTok pada tanggal 28 Mei 2025, sebelum eskalasi terbaru antara Iran dan Israel terjadi. Akun yang mengunggah video tersebut memiliki bio bertuliskan "The AI resistance" dan dikenal sering membagikan konten buatan AI.
Ada beberapa petunjuk visual yang mengindikasikan bahwa video tersebut dibuat oleh AI. Misalnya, pada satu titik dalam video, dua mobil yang melaju saling mendekat tampak menyatu secara tidak wajar. Selain itu, bayangan di atas atap bangunan menunjukkan ketidaksesuaian arah, yang merupakan ciri khas hasil render AI.
Cara Mengenali Video Buatan AI
Mengingat semakin canggihnya teknologi AI, mengenali video palsu dengan mata telanjang menjadi semakin sulit. Namun, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan untuk membantu mengidentifikasi konten buatan AI:
- Perhatikan durasi video: Model AI saat ini umumnya masih terbatas dalam menghasilkan video dengan durasi maksimal sekitar 8-10 detik. Jika sebuah video berdurasi pendek atau terdiri dari beberapa cuplikan singkat, ada kemungkinan besar video tersebut merupakan hasil buatan AI.
- Cari versi video dengan resolusi lebih tinggi: Pelaku penyebar disinformasi sering kali sengaja menurunkan kualitas video untuk menyamarkan manipulasi. Ketidaksesuaian visual akan lebih sulit dikenali dalam video yang tidak tajam.
- Perhatikan ketidaksesuaian visual: Cari anomali atau ketidaksesuaian dalam video, seperti objek yang bergerak secara tidak wajar, bayangan yang tidak konsisten, atau detail yang tampak aneh.
Dalam era digital yang dipenuhi dengan informasi yang salah dan konten buatan AI, penting bagi kita semua untuk menjadi konsumen informasi yang cerdas dan kritis. Dengan memverifikasi informasi sebelum membagikannya dan memperhatikan tanda-tanda konten yang menyesatkan, kita dapat membantu memerangi penyebaran disinformasi dan memastikan bahwa kita mendapatkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.