Diduga Akibat Makanan Basi, Sejumlah Siswa TK di Kulon Progo Alami Gangguan Pencernaan
Kasus dugaan keracunan makanan menimpa sejumlah siswa Taman Kanak-Kanak (TK) ABA Kasatriyan di Kulon Progo, Yogyakarta, usai mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kejadian ini memicu respons cepat dari Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, yang langsung melakukan investigasi mendalam terkait kualitas makanan yang disajikan. Laporan dari orang tua siswa menyebutkan bahwa anak-anak mereka mengalami gejala seperti sakit perut, muntah, dan diare setelah menyantap makanan yang didistribusikan pada Selasa (17/06/2025).
Menindaklanjuti laporan tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo segera menerjunkan tim dari Puskesmas Wates untuk mengambil sampel makanan yang diduga menjadi penyebab masalah. Sampel-sampel ini kemudian dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pengujian guna memastikan kandungan dan keamanannya. Selain pengambilan sampel, tim Puskesmas juga melakukan pengumpulan keterangan dari pihak sekolah, orang tua siswa, serta para siswa yang mengalami gejala gangguan pencernaan. Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai kronologi kejadian dan faktor-faktor yang mungkin berkontribusi terhadap masalah ini.
Kepala Dinkes Kulon Progo, Sri Budi, menyatakan bahwa pihaknya berupaya untuk memastikan kondisi kesehatan para siswa yang terdampak. Ia juga menekankan pentingnya investigasi ini sebagai langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari. Lebih lanjut, Sri Budi berharap agar Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), sebagai penyedia makanan dalam program MBG, dapat mengambil pelajaran berharga dari kasus ini. Peningkatan standar operasional, terutama dalam hal sanitasi, pemilihan bahan makanan yang berkualitas, serta proses penyimpanan yang tepat, menjadi fokus utama yang harus diperhatikan.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kulon Progo, Nur Hadiyanto, mengungkapkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan kepala SPPG di Kalurahan Kedungsari, tempat produksi makanan yang diduga bermasalah. Hasil investigasi awal menunjukkan adanya potensi kesalahan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) pada saat memasak mi. Diduga, mi tersebut dimasak terlalu lama sebelum waktu pendistribusian, sehingga mengalami proses pembusukan dan menjadi basi saat dikonsumsi oleh para siswa.
Asisten Lapangan SPPG di Kedungsari, Dwi Hantoro, menjelaskan bahwa menu yang disajikan pada hari kejadian terdiri dari mi telur, tumis sayur sawi putih dengan wortel dan telur, serta buah jeruk. SPPG sebenarnya telah menjadwalkan pendistribusian sebanyak 2.303 porsi makanan. Namun, setelah terdeteksi adanya aroma tidak segar yang mencurigakan dari mobil distribusi, SPPG memutuskan untuk menarik kembali makanan tersebut. Hanya sekitar 400 hingga 500 porsi yang sempat didistribusikan sebelum penarikan dilakukan. Dwi menambahkan bahwa setelah diperiksa di SPPG, mi tersebut tercium asam, berbau tidak sedap, dan teksturnya menjadi lembek. Atas dasar temuan ini, SPPG segera menginformasikan kepada pihak sekolah dan meminta persetujuan untuk menarik semua paket makanan yang telah diterima. Sekolah-sekolah yang belum menerima makanan akan mendapatkan penggantinya.
Dalam perkembangannya, pihak SPPG menemukan beberapa paket makanan yang sudah rusak dan memutuskan untuk memusnahkan seluruh makanan tersebut. Meskipun ada laporan dari TK Kasatriyan mengenai siswa yang mengalami mual, muntah, dan diare, Dwi Hantoro menegaskan bahwa jumlah siswa yang terdampak tidak sebanyak yang diberitakan. Ia juga menyayangkan kurangnya komunikasi awal dari pihak sekolah mengenai masalah ini, yang seharusnya dapat memungkinkan penanganan yang lebih cepat dan efektif.
Kasus ini menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan menjadi momentum untuk meningkatkan pengawasan serta evaluasi terhadap program Makan Bergizi Gratis. Diharapkan, kejadian serupa tidak akan terulang di masa depan dan kesehatan serta keselamatan para siswa dapat selalu terjamin.