Rumah Subsidi Tipe 18: Mimpi atau Realita Hunian Terjangkau di Dekat Kota?

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah mengkaji usulan rumah subsidi dengan luas 18 meter persegi sebagai solusi untuk menekan harga hunian. Opsi ini diharapkan dapat mewujudkan rumah seharga Rp 100 jutaan dengan cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sekitar Rp 600 ribu hingga Rp 700 ribu per bulan.

Menurut Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Sri Haryati, konsep rumah tipe 18 memungkinkan lokasi yang lebih dekat dengan pusat kota. Harga yang terjangkau dapat dicapai jika lahan berada di lokasi yang agak jauh dari pusat kota. Contohnya, dengan harga tanah sekitar Rp 1 juta per meter, harga rumah dapat berkisar antara Rp 105 juta hingga Rp 110 juta.

Lokasi rumah subsidi ini direncanakan berada di wilayah metropolitan atau daerah aglomerasi di berbagai kota di Indonesia, tidak hanya Jabodetabek.

Namun, pandangan berbeda disampaikan oleh Martin Hutapea, Head of Research & Consultancy PT Leads Property Service Indonesia. Menurutnya, sulit menemukan rumah seharga Rp 100 juta di sekitar Jakarta, khususnya di kota-kota seperti Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Harga tanah di keempat wilayah tersebut untuk luas tanah 25 meter persegi sudah mencapai Rp 400 juta hingga Rp 500 juta.

"Tidak ada di perkotaan. Mungkin konteksnya perkotaan bukan di Jakarta, di luar. Program 3 Juta Rumah, 5 tahun, 15 juta (rumah). Konteksnya dari Sabang sampai Merauke, bukan Jabodetabek. Kalau Rp 100 juta rumah misalnya nih di Probolinggo itu masih bisa," kata Martin.

Ia mencontohkan harga tanah di pusat kota Depok, seperti Margonda, sebelum pandemi Covid-19 sudah mencapai Rp 18 juta hingga Rp 25 juta per meter. Saat ini, harga tersebut diperkirakan sudah lebih tinggi.

Di Sawangan, Depok, yang lokasinya lebih jauh dari Margonda, harga rumah baru dengan 2-3 kamar tidur berkisar antara Rp 1,2 miliar hingga Rp 1,5 miliar. Meski demikian, Sawangan masih relatif dekat dengan Jakarta, dengan waktu tempuh sekitar 9 menit ke Jakarta Selatan menggunakan KRL dari Stasiun Depok Baru ke Stasiun Tanjung Barat.

Kondisi serupa juga terjadi di Kota Tangerang, di mana sulit menemukan rumah seharga Rp 100 juta. Daerah Maja dinilai sebagai lokasi yang memungkinkan untuk mendapatkan rumah dengan harga tersebut, karena daya beli masyarakatnya masih rendah. Harga tanah di kawasan BSD Tangerang sudah mencapai Rp 20 juta per meter.

Dari Maja, perjalanan ke Jakarta (Palmerah) membutuhkan waktu sekitar 1 jam 14 menit menggunakan KRL Rangkasbitung.

Di Bekasi, rumah seharga Rp 100 juta kemungkinan dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Bekasi setelah Babelan. Harga rumah di Babelan saat ini berkisar antara Rp 200 juta hingga Rp 300 juta dengan luas tanah sekitar 60 meter persegi.

Waktu tempuh dari Babelan ke Jakarta Timur (Jatinegara) sekitar 25 menit menggunakan KRL Bekasi.

Untuk wilayah Bogor, Dramaga menjadi alternatif lokasi untuk mencari rumah seharga Rp 100 juta. Namun, perjalanan dari Dramaga ke Jakarta Selatan membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan mobil.

Martin menyarankan agar pemerintah menggandeng pengembang swasta menengah hingga atas untuk mewujudkan rumah seharga Rp 100 juta. Pengembang dapat membantu menyediakan lahan dan membangun rumah tersebut.

"Harus kerjasama dengan swasta yang mau ikut membangunkan (rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah) MBR tersebut. Harus ngegandeng developer yang memperhatikan hal itu juga. Mungkin dia developernya level middle atau middle up. Tapi dia juga mau berpartisipasi membantu membangunkan. Bantu membangunkan dan menjual di harga yang murah," tuturnya.