Perubahan Menu Makanan Bergizi Gratis di Tangerang Selatan Tuai Kekecewaan Orang Tua
Perubahan Menu Makanan Bergizi Gratis di Tangerang Selatan Tuai Kekecewaan Orang Tua
Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang semula diharapkan menjadi solusi peningkatan gizi anak sekolah di Tangerang Selatan, kini menuai kekecewaan dari para orang tua murid. Pasalnya, terjadi perubahan signifikan dalam bentuk makanan yang disalurkan. Jika sebelumnya siswa menerima bahan mentah seperti beras dan lauk pauk untuk diolah di rumah, kini mereka hanya mendapatkan paket makanan ringan siap saji.
Paket MBG terbaru ini berisi berbagai jenis camilan seperti biskuit, susu, roti, buah, dan snack ringan lainnya. Perubahan ini langsung memicu reaksi negatif dari para orang tua yang menilai makanan ringan tersebut tidak memenuhi kebutuhan gizi seimbang yang diperlukan anak usia sekolah. Mereka mempertanyakan efektivitas program MBG jika hanya mengandalkan makanan ringan yang dianggap kurang mengenyangkan dan minim nutrisi.
Kekecewaan Orang Tua Memuncak
Merina, salah seorang ibu dari siswa penerima MBG, mengungkapkan keterkejutannya saat menerima paket makanan ringan tersebut. Ia mengatakan bahwa konsep awal MBG adalah memberikan makanan bergizi dan matang yang bisa langsung dikonsumsi anak-anak di sekolah. Dengan adanya makanan matang, anak-anak juga bisa dibiasakan untuk mengonsumsi sayur dan lauk pauk yang bergizi.
"Saya sempat kaget sih dapetnya makanan ringan, soalnya kan dari awal dapatnya makanan bergizi dan matang, ada sayur juga," ujarnya.
Senada dengan Merina, Novi, wali murid lainnya, juga menilai bahwa paket MBG kali ini kurang layak disebut sebagai makanan bergizi. Ia berpendapat bahwa biskuit dan snack tidak cukup memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan anak-anak untuk belajar dan beraktivitas.
"Lebih baik yang matang, karena empat sehat lima sempurna itu kan ada nasi, lauk, sayur, susu, dan buah. Cuma anak-anak memang sukanya camilan, tapi seharusnya yang agak berat dan bermerek," kata Novi.
Para orang tua berharap agar pemerintah dan pihak terkait dapat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program MBG. Mereka menginginkan agar menu makanan yang diberikan tidak hanya memenuhi standar gizi, tetapi juga disukai oleh anak-anak dan memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan mereka.
Pihak Sekolah Mengaku Terkejut
Perubahan bentuk MBG ini ternyata juga membuat pihak sekolah terkejut. Kepala Sekolah SDN Pondok Betung 01, Hamidah, mengaku bahwa dalam sosialisasi awal, pihak sekolah telah diinformasikan bahwa MBG akan disalurkan dalam bentuk makanan berat. Bahkan, ahli gizi juga dihadirkan dalam sosialisasi tersebut untuk memberikan penjelasan mengenai kandungan gizi makanan yang akan diberikan.
"Bahkan waktu sosialisasi itu ahli gizinya juga hadir ke sekolah, jadi kami yakin akan dapat makanan lengkap. Tapi kemudian muncul info kalau diganti jadi snack," ujar Hamidah.
Menurut Hamidah, pihak penyedia MBG menjelaskan bahwa perubahan tersebut dilakukan karena proses belajar-mengajar di bulan Juni tidak berjalan penuh. Mereka khawatir jika makanan berat diberikan saat anak-anak tidak hadir di sekolah, maka makanan tersebut akan terbuang sia-sia. Oleh karena itu, mereka mengantisipasinya dengan memberikan makanan ringan.
Meski terkejut, Hamidah menyebutkan bahwa pihak sekolah tetap menerima penyaluran MBG dengan catatan pihak penyedia sudah memperhitungkan kandungan gizinya. Ia menambahkan bahwa makanan ringan yang diberikan telah disesuaikan dengan kebutuhan gizi anak berdasarkan jenjang kelas.
Harapan akan MBG Matang di Tahun Ajaran Baru
Selama sepekan terakhir, siswa di SDN Pondok Betung 01 menerima MBG dalam bentuk makanan ringan yang dibagikan dua hingga tiga hari sekali. Namun, Hamidah memastikan bahwa program MBG akan kembali menghadirkan makanan matang sesuai kesepakatan awal.
Ia menyebutkan bahwa telah mendapat informasi dari pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pondok Aren bahwa pada tahun ajaran baru 2025/2026, menu MBG akan kembali berupa nasi, lauk, dan sayur.
"Mereka jawab bahwa nanti begitu tahun ajaran baru, kita akan dapat makanan berat. Harapannya seperti itu, supaya sesuai dengan yang disosialisasikan sejak awal," ucap Hamidah.
Para orang tua murid pun berharap agar pemerintah dan penyelenggara program MBG melakukan evaluasi menyeluruh. Mereka meminta agar menu makanan tidak hanya memenuhi standar, tetapi juga benar-benar bermanfaat dan disukai oleh anak-anak.
Program MBG yang bertujuan membantu pemenuhan gizi anak-anak sekolah dinilai harus tetap konsisten, baik dari sisi kualitas, kandungan gizi, maupun distribusinya, agar benar-benar memberikan dampak positif dalam jangka panjang.