Eskalasi Konflik Iran-Israel: Saling Serang dan Bayang-Bayang Keterlibatan AS

Konflik antara Israel dan Iran telah mencapai titik didih, ditandai dengan serangkaian serangan yang semakin intensif dan memunculkan kekhawatiran akan keterlibatan lebih lanjut dari Amerika Serikat. Eskalasi ini dimulai dengan serangan Israel terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran, yang kemudian dibalas oleh Iran dengan serangan rudal ke wilayah Israel.

Kementerian Kesehatan Iran melaporkan bahwa serangan Israel telah menyebabkan lebih dari 220 korban jiwa, sementara Israel mengklaim bahwa serangan balasan Iran telah menewaskan 24 orang. Ketegangan ini semakin meningkat dengan pertimbangan Presiden AS, Donald Trump, untuk bergabung dengan Israel dalam menyerang fasilitas nuklir Iran.

Serangan dan Balasan:

Israel melancarkan Operasi "Rising Lion", yang menargetkan program nuklir Iran. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim bahwa operasi ini menyasar "jantung" program nuklir Iran, dengan alasan bahwa jika tidak dihentikan, Iran dapat memproduksi senjata nuklir dalam waktu singkat. Iran, di sisi lain, bersikeras bahwa program nuklirnya bersifat damai.

Sebagai balasan, Iran meluncurkan Operasi "True Promise 3", dengan menargetkan "puluhan target, pusat militer, dan pangkalan udara" di Israel dengan rudal balistik. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim bahwa sebagian besar rudal tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome.

Aksi saling serang ini telah berlangsung selama beberapa hari, meskipun intensitas serangan Iran dilaporkan menurun baru-baru ini, yang mungkin mengindikasikan dampak dari serangan Israel terhadap militer Iran.

Korban dan Kerusakan:

Serangan Israel telah menewaskan sejumlah petinggi militer Iran, termasuk Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), Hossein Salami, serta beberapa ilmuwan nuklir, termasuk mantan Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Fereydoon Abbasi. Iran juga melaporkan bahwa warga sipil, termasuk anak-anak, termasuk di antara korban tewas.

Di sisi lain, militer Israel mengklaim telah mencapai "keunggulan udara penuh" atas Teheran dan telah menghancurkan sepertiga peluncur rudal Iran. Serangan Iran juga dilaporkan telah mengenai beberapa daerah di Israel utara dan tengah, menyebabkan korban jiwa di kalangan warga sipil.

Potensi Keterlibatan AS:

Presiden Trump sedang mempertimbangkan kemungkinan bergabung dengan Israel untuk menyerang lokasi nuklir Iran. Trump dan Netanyahu telah berbicara melalui telepon setelah pertemuan Dewan Keamanan Nasional AS.

Trump sebelumnya telah menyerukan Iran untuk "menyerah tanpa syarat" dan mengklaim bahwa AS tahu di mana Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berada, tetapi tidak akan membunuhnya "untuk saat ini". Khamenei kemudian memperingatkan Trump tentang "kerusakan yang tidak dapat diperbaiki" jika militer AS ikut campur dalam konflik.

Trump juga menyalahkan Iran karena tidak aktif dalam pembahasan kesepakatan baru soal pembatasan program nuklir. Pertemuan baru antara AS dan Iran telah dijadwalkan, tetapi dibatalkan setelah serangan Israel.

Latar Belakang Konflik:

Netanyahu mengklaim bahwa serangan Israel adalah "operasi militer yang ditargetkan untuk memukul mundur ancaman Iran sehingga Israel tetap bertahan". Dia mengatakan operasi akan "berlanjut selama berhari-hari sepanjang yang diperlukan untuk menghentikan [program nuklir Iran] agar tidak meluas".

Seorang pejabat militer Israel mengungkapkan bahwa Iran memiliki cukup bahan nuklir untuk membuat bom nuklir "dalam beberapa hari". Namun, Iran berkilah tidak pernah berusaha mengembangkan senjata nuklir dan kegiatan nuklirnya bersifat damai.

Program Nuklir Iran:

Iran telah lama menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai dan kepentingan sipil. Namun, banyak negara serta pengawas nuklir global, IAEA, tidak yakin bahwa program tersebut hanya untuk tujuan sipil.

Pada bulan Juni, dewan gubernur pengawas IAEA secara resmi menyatakan Iran melanggar kewajiban non-proliferasi. Disebutkan "banyak kegagalan" Iran untuk memberikan jawaban lengkap tentang bahan nuklir dan persediaan uranium yang diperkaya. Menurut laporan IAEA, Iran telah memperkaya uranium hingga kemurnian 60%, mendekati standar kualitas pembuatan senjata yang berpotensi membuat sembilan bom nuklir.

Konflik yang meningkat antara Iran dan Israel menimbulkan kekhawatiran serius tentang stabilitas regional dan potensi konflik yang lebih luas. Dengan potensi keterlibatan AS, situasi ini menjadi semakin kompleks dan berbahaya.