Frekuensi Buang Air Besar Ideal pada Anak: Panduan dari Dokter Spesialis

Memantau frekuensi buang air besar (BAB) pada anak merupakan aspek penting dalam menilai kesehatan sistem pencernaannya. Meskipun tidak ada standar baku yang berlaku untuk semua anak, dokter spesialis anak subspesialis gastrohepatologi, dr. Himawan Aulia Rahman, Sp.A, Subsp.G.H, menjelaskan bahwa frekuensi BAB yang normal sangat dipengaruhi oleh usia dan jenis makanan yang dikonsumsi.

Pada anak-anak usia sekolah, frekuensi BAB sekali sehari umumnya dianggap normal. Namun, bagi anak-anak yang lebih kecil, terutama bayi, frekuensi BAB dapat bervariasi secara signifikan. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif cenderung BAB lebih sering dibandingkan bayi yang mengonsumsi susu formula. Hal ini disebabkan karena ASI lebih mudah dicerna oleh bayi.

Menurut dr. Himawan, anak-anak di atas usia dua tahun yang sudah mengonsumsi makanan padat, frekuensi BAB satu hingga dua hari sekali masih dianggap normal, serupa dengan frekuensi BAB orang dewasa. Perbedaan ini disebabkan oleh perubahan dalam pola makan dan perkembangan sistem pencernaan anak.

Berikut adalah beberapa poin penting terkait frekuensi BAB pada anak:

  • Bayi di bawah enam bulan: Frekuensi BAB sangat bervariasi, tergantung pada apakah bayi mengonsumsi ASI eksklusif atau susu formula.
  • Anak usia sekolah: Frekuensi BAB sekali sehari umumnya dianggap normal.
  • Anak di atas dua tahun: Frekuensi BAB satu hingga dua hari sekali masih dianggap normal.

Orang tua perlu waspada jika anak menunjukkan tanda-tanda kesulitan saat BAB, seperti feses yang terlalu keras atau diare berkepanjangan. Dalam kondisi tersebut, disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

Kapan Harus Khawatir?

Meski variasi frekuensi BAB itu normal, orang tua tetap harus waspada terhadap tanda-tanda yang mengindikasikan masalah pencernaan pada anak. Beberapa kondisi yang memerlukan perhatian medis meliputi:

  • Nyeri saat BAB: Jika anak tampak kesakitan saat buang air besar, hal ini bisa menjadi tanda sembelit, fisura ani (luka kecil di sekitar anus), atau masalah lainnya.
  • Feses keras atau sangat cair: Konsistensi feses yang ekstrem (terlalu keras atau terlalu cair) dapat mengindikasikan masalah pencernaan atau infeksi.
  • Perubahan drastis dalam frekuensi BAB: Perubahan signifikan dalam frekuensi BAB anak (misalnya, dari BAB setiap hari menjadi hanya sekali seminggu) perlu diwaspadai.
  • Diare berkepanjangan: Diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari dapat menyebabkan dehidrasi dan masalah kesehatan lainnya.
  • Adanya darah dalam feses: Darah dalam feses selalu menjadi perhatian dan memerlukan evaluasi medis.

Tips Menjaga Kesehatan Pencernaan Anak

Selain memantau frekuensi BAB, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk menjaga kesehatan pencernaan anak:

  • Berikan makanan bergizi seimbang: Pastikan anak mendapatkan asupan serat yang cukup dari buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.
  • Cukupi kebutuhan cairan: Dorong anak untuk minum air putih yang cukup setiap hari.
  • Ajarkan kebiasaan BAB yang sehat: Ajarkan anak untuk tidak menunda BAB dan untuk membersihkan diri dengan benar setelah BAB.
  • Batasi konsumsi makanan olahan: Makanan olahan seringkali rendah serat dan dapat menyebabkan masalah pencernaan.
  • Konsultasikan dengan dokter jika ada masalah: Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki kekhawatiran tentang kesehatan pencernaan anak Anda.