Di Ambon, Minyakita Tetap Diminati Meski Kualitasnya Dipertanyakan

Di Ambon, Minyakita Tetap Diminati Meski Kualitasnya Dipertanyakan

Di tengah maraknya pemberitaan mengenai kualitas Minyakita yang dikeluhkan konsumen, minyak goreng bersubsidi ini masih menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat di Ambon. Meskipun laporan mengenai pemalsuan dan kualitas yang buruk beredar luas, tingginya harga minyak goreng merek lain memaksa sebagian besar konsumen, terutama ibu rumah tangga dan pedagang skala kecil, untuk tetap bertahan dengan Minyakita. Hal ini terungkap dari hasil pantauan di sejumlah toko kelontong dan Pasar Mardika Ambon pada Selasa, 11 Maret 2025.

Di toko Endos Jaya, misalnya, Minyakita masih menjadi salah satu komoditas yang paling banyak terjual, berdampingan dengan merek-merek minyak goreng lain seperti Bimoli dan Fortune. Pemilik toko, Asmi, mengakui bahwa banyak pembeli yang mengeluhkan kualitas Minyakita, terutama warna minyak yang cepat menghitam setelah satu kali penggunaan. "Banyak yang mengeluh minyaknya cepat hitam, jadi mereka harus beli lagi," ujar Asmi. Ia menyarankan pembeli untuk memilih minyak goreng merek lain yang lebih mahal, namun mengakui bahwa bagi sebagian besar konsumen, harga menjadi pertimbangan utama. Perbedaan harga cukup signifikan; Minyak Fortune seharga Rp 22.000 per liter, sementara Bimoli Rp 25.000, jauh lebih mahal dari Minyakita.

Kondisi serupa ditemukan di sejumlah toko lainnya di Pasar Mardika. Meskipun sebagian konsumen beralih ke merek lain yang kualitasnya dirasa lebih baik, tetap banyak yang memilih Minyakita karena harganya yang jauh lebih terjangkau. Namun, dampak buruk dari penggunaan Minyakita yang kualitasnya rendah telah dirasakan langsung oleh para pedagang. Wa Ija, seorang pedagang pisang goreng, mengungkapkan kesulitannya dalam mempertahankan kualitas dagangannya akibat penggunaan Minyakita yang cepat menghitam dan berdampak pada rasa. "Minyaknya sekali dua kali pakai sudah hitam. Kalau minyaknya tidak enak, orang tidak mau beli pisang goreng saya," keluhnya.

Pengalaman serupa juga dialami oleh Syulce Patty, seorang ibu rumah tangga. Ia mengaku pernah mengalami Minyakita yang baru dibelinya berbusa saat digunakan untuk menggoreng. Pengalaman ini semakin memperkuat kekhawatiran akan kualitas Minyakita yang beredar di pasaran. Meskipun banyak keluhan mengenai kualitas, kenyataannya Minyakita tetap menjadi pilihan karena faktor ekonomi bagi sebagian besar masyarakat Ambon. Hal ini menunjukkan adanya dilema antara harga yang terjangkau dan kualitas produk yang dipertanyakan. Persoalan ini membutuhkan perhatian serius dari pemerintah dan pihak terkait agar masyarakat dapat mengakses minyak goreng dengan kualitas terjamin dan harga yang terjangkau.

Daftar temuan di lapangan:

  • Minyakita masih banyak dijual dan dibeli di Ambon, meskipun kualitasnya dipertanyakan.
  • Pembeli Minyakita mayoritas ibu rumah tangga dan pedagang kecil yang terkendala oleh harga.
  • Keluhan umum meliputi minyak cepat menghitam, berbusa, dan rasa yang kurang enak.
  • Pedagang kecil mengalami kerugian karena kualitas Minyakita yang buruk memengaruhi kualitas produk dagangan mereka.
  • Perbedaan harga yang signifikan antara Minyakita dengan merek lain menjadi faktor utama pilihan konsumen.