Terhambat Pendangkalan, Akses Transportasi Laut ke Pulau Enggano Lumpuh

Pulau Enggano, sebuah wilayah di Provinsi Bengkulu, menghadapi isolasi dan krisis ekonomi yang diperparah oleh terhentinya layanan transportasi laut sejak Maret 2025. Kondisi ini disebabkan oleh pendangkalan yang terjadi di Pelabuhan Pulau Baai, Kota Bengkulu, yang menjadi pintu utama akses kapal laut menuju pulau tersebut.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Muhammad Masyhud, mengungkapkan bahwa pemerintah belum menemukan solusi alternatif untuk mengatasi masalah ini. Pertimbangan teknis dan ekonomis menjadi faktor utama dalam penentuan jalur alternatif yang layak. Aspek ekonomi mencakup kalkulasi potensi keuntungan, biaya pembangunan, dan dampak terhadap perekonomian daerah. Sementara itu, aspek teknis mempertimbangkan kondisi lingkungan, kebutuhan infrastruktur, dan kesesuaian lokasi.

Satu-satunya moda transportasi yang tersedia bagi masyarakat Enggano adalah Kapal Pulo Tello. Namun, operasional kapal ini terhenti akibat proses pengerukan pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai yang baru dimulai pada awal Juni 2025. PT Pelindo Regional 2, sebagai pengelola pelabuhan, bertanggung jawab atas normalisasi alur tersebut dengan menggunakan peralatan dan metode yang sesuai dengan kondisi lapangan.

Masyhud menyatakan bahwa pengerukan terus dipantau oleh Sekretariat Wakil Presiden dan diharapkan selesai pada akhir bulan, sehingga kedalaman alur memadai untuk lalu lintas kapal, terutama kapal pengangkut bahan bakar minyak (BBM) milik PT Pertamina (Persero).

Terputusnya akses transportasi laut telah menimbulkan dampak signifikan bagi masyarakat Enggano. Ratusan petani terpaksa menghentikan aktivitas panen karena kesulitan mendistribusikan hasil pertanian dan anjloknya harga jual. Milson Kaitora, seorang tokoh masyarakat Enggano, menggambarkan situasi ini dengan contoh harga pisang yang hanya dihargai Rp 20.000 per tandan, sementara biaya panen dan transportasi mencapai Rp 15.000. Kondisi ini membuat petani merugi jika tetap memanen.

Beberapa pemilik modal besar menyiasati situasi dengan menyewa kapal nelayan untuk mengangkut hasil panen. Namun, kapasitas angkut kapal nelayan terbatas, sehingga tidak dapat menampung seluruh hasil bumi petani. Hanya petani yang memiliki relasi dengan pembeli tetap di Bengkulu yang dapat menitipkan hasil panen mereka. Akibatnya, banyak hasil pertanian yang terbuang percuma.

Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Pulau Enggano. Berbagai komoditas seperti pisang, kakao, pinang, daun pisang, jantung pisang, serta hasil laut menjadi sumber pendapatan utama masyarakat. Namun, terhentinya pengiriman barang keluar pulau telah memicu krisis ekonomi. Yudi, seorang warga Meok, mengungkapkan bahwa omzet warung-warung besar turun drastis karena tidak ada aktivitas jual beli, dan utang menumpuk.

Berikut beberapa komoditas hasil bumi dari Pulau Enggano:

  • Pisang
  • Kakao
  • Pinang
  • Daun pisang
  • Jantung pisang
  • Ikan (Jenis tertentu untuk ekspor)