Pertambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Serius Bagi Keanekaragaman Hayati Laut dan Spesies Langka
Rencana dan aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, menuai kekhawatiran mendalam dari kalangan ahli konservasi laut. Meskipun beberapa Izin Usaha Pertambangan (IUP) telah dicabut, operasi PT Gag Nikel, anak perusahaan PT Antam Tbk, dengan luas wilayah operasi 13.136 hektare, masih berlanjut. Kekhawatiran utama adalah dampak jangka panjang terhadap ekosistem laut yang unik dan keberadaan spesies langka yang bergantung padanya.
Seorang ahli konservasi laut dari IPB University, Dr. Meutia Samira Ismet, menekankan pentingnya penilaian risiko yang komprehensif untuk menentukan batas aman konsentrasi nikel bagi ekosistem laut Raja Ampat. Raja Ampat, sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia, sangat rentan terhadap dampak negatif pertambangan. Spesies-spesies dengan status konservasi rentan seperti paus sperma, kerang kima raksasa, dan pari manta, sangat bergantung pada keseimbangan lingkungan perairan Raja Ampat. Gangguan pada ekosistem dapat mengancam keberlangsungan hidup mereka.
Rantai Makanan yang Terancam
Dr. Meutia menjelaskan bahwa spesies-spesies tersebut memiliki pola makan yang sangat spesifik dan sensitif terhadap perubahan lingkungan.
- Paus sperma mengonsumsi ikan pelagis dan cephalopoda seperti cumi-cumi dan gurita dalam jumlah besar.
- Kerang kima raksasa adalah filter feeder yang menyaring mikroorganisme planktonik dari air dan bersimbiosis dengan mikroalga fotosintetik.
- Pari manta memakan plankton dan ikan kecil pelagis.
Kondisi perairan yang tercemar dapat merusak mikroorganisme planktonik, terutama yang bersifat fotosintetik, yang merupakan dasar rantai makanan bagi spesies-spesies ini.
Dampak Limbah Pertambangan
Aktivitas pertambangan nikel di daratan berpotensi menghasilkan limpasan limbah yang mencemari perairan laut. Limbah ini membawa bahan organik dan residu logam berat yang dapat mengganggu mikroalga simbiotik dan mikroorganisme planktonik lainnya. Konsentrasi nikel yang tinggi dapat menjadi racun bagi mikroalga dan mikroba laut, mengganggu produktivitas primer dan siklus biogeokimia perairan.
Penelitian di Teluk Vavouto, New Caledonia, menunjukkan bahwa konsentrasi nikel melebihi ambang batas (46 μg/L) dapat membahayakan mikroalga fotosintetik, yang memiliki peran vital dalam menghasilkan oksigen dan menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Peningkatan logam berat di laut juga berdampak pada jumlah dan komposisi zooplankton seperti copepoda, makanan utama bagi pari manta dan ikan pelagis yang menjadi mangsa paus sperma. Logam berat juga dapat mengganggu kualitas lingkungan kima raksasa dan biota bentik lainnya, menurunkan tingkat reproduksi dan pertumbuhan mereka.
Konsekuensi Lebih Luas
Selain itu, pencemaran akibat tambang nikel dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut (DO), peningkatan kadar CO₂, dan berkurangnya kejernihan air. Perubahan ini dapat merusak habitat alami biota laut dan mengancam kehidupan hewan langka.
"Struktur ekosistem laut berpotensi berubah drastis dan mengancam keberadaan spesies langka di wilayah tersebut," kata Dr. Meutia.
Rekomendasi
Dr. Meutia merekomendasikan beberapa langkah penting untuk melindungi ekosistem laut Raja Ampat:
- Penilaian risiko mendalam untuk menentukan batas aman konsentrasi nikel.
- Penerapan pemantauan kualitas air yang ketat.
- Pengelolaan limbah tambang yang bertanggung jawab.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan industri diperlukan untuk merancang kebijakan yang berpihak pada pelestarian lingkungan. Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian alam sangat penting untuk memastikan Raja Ampat tetap menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati laut dunia.