Kontroversi Wisuda UCLA: Mahasiswa Pamer Penggunaan ChatGPT, Picu Perdebatan Etika Akademik

Kontroversi Wisuda UCLA: Mahasiswa Pamer Penggunaan ChatGPT, Picu Perdebatan Etika Akademik

Momen wisuda, yang lazimnya diwarnai dengan euforia dan selebrasi, baru-baru ini dikejutkan oleh aksi seorang mahasiswa University of California, Los Angeles (UCLA). Alih-alih mengikuti tradisi pelemparan topi toga atau berfoto ria, mahasiswa ini justru memamerkan layar laptop yang menampilkan antarmuka ChatGPT, sebuah chatbot kecerdasan buatan (AI) besutan OpenAI.

Aksi tersebut terekam dalam sebuah video yang kemudian viral di media sosial. Dalam video itu, mahasiswa tersebut terlihat mengangkat tinggi-tinggi laptopnya sambil berseru dengan semangat, seolah mengisyaratkan bahwa ChatGPT telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan akademiknya di UCLA. Sontak, aksi ini memicu riuh rendah dan tepuk tangan dari para hadirin wisuda.

Reaksi Warganet Terbelah

Video singkat tersebut dengan cepat menyebar luas di dunia maya, menuai beragam reaksi dari warganet. Ada yang memuji kejujuran mahasiswa tersebut, namun tak sedikit pula yang menyuarakan kekhawatiran akan implikasi penggunaan AI terhadap kualitas pendidikan di masa depan.

Beberapa warganet berpendapat bahwa tindakan mahasiswa tersebut mencerminkan realitas di era digital, di mana AI telah menjadi alat bantu yang umum digunakan. Mereka menyamakan penggunaan ChatGPT dengan penggunaan kalkulator dalam matematika atau Google untuk mencari informasi. Sebagian bahkan menyalahkan sistem pendidikan yang dianggap ketinggalan zaman karena gagal mengantisipasi perkembangan teknologi.

Namun, di sisi lain, banyak warganet yang mengungkapkan kekhawatiran serius. Mereka khawatir bahwa ketergantungan berlebihan pada AI dapat mengikis kemampuan berpikir kritis dan analitis mahasiswa. Beberapa bahkan menyindir bahwa di masa depan, para profesional mungkin akan mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas-tugas kompleks, seperti operasi jantung.

Kontroversi ini semakin memanas mengingat UCLA merupakan salah satu universitas negeri terbaik di Amerika Serikat yang dikenal dengan standar akademik yang tinggi. Reputasi UCLA sebagai pusat inovasi dan riset terkemuka semakin menambah bobot perdebatan mengenai etika penggunaan AI dalam dunia pendidikan.

Studi MIT: Ketergantungan pada AI Melemahkan Daya Pikir

Sebuah studi yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) semakin memperkuat kekhawatiran akan dampak negatif ketergantungan pada AI. Dalam studi tersebut, mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok yang menggunakan ChatGPT, kelompok yang menggunakan Google Search, dan kelompok yang mengandalkan kemampuan sendiri.

Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang menggunakan ChatGPT menunjukkan aktivitas otak yang paling rendah dan cenderung kurang menyerap informasi. Para peneliti menyimpulkan bahwa meskipun AI dapat mempercepat proses belajar, ketergantungan berlebihan dapat memicu "detasemen intelektual", yaitu kondisi ketika seseorang terlepas secara mental atau emosional dari proses berpikir atau belajar yang aktif.

Berikut adalah beberapa poin penting dari studi MIT tersebut:

  • Penggunaan ChatGPT Menurunkan Aktivitas Otak: Mahasiswa yang menggunakan ChatGPT menunjukkan aktivitas otak yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain.
  • Penyerapan Informasi Lebih Sedikit: Kelompok pengguna ChatGPT cenderung kurang menyerap informasi dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan Google Search atau mengandalkan kemampuan sendiri.
  • Risiko Detasemen Intelektual: Ketergantungan berlebihan pada AI dapat menyebabkan detasemen intelektual, di mana seseorang menjadi kurang terlibat dalam proses berpikir dan belajar.

Kasus wisuda UCLA ini menjadi pengingat penting bagi dunia pendidikan untuk segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi AI. Perlu ada upaya untuk mengembangkan kebijakan dan pedoman yang jelas mengenai penggunaan AI dalam proses belajar mengajar, serta mendorong mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis yang tidak dapat digantikan oleh AI.