Mengenal Lebih Dekat Matcha: Perbedaan antara Ceremonial dan Culinary Grade

markdown Popularitas matcha di Indonesia telah melahirkan istilah "polisi matcha" di kalangan warganet, merujuk pada mereka yang sangat memperhatikan detail dan klasifikasi teh hijau bubuk ini. Perhatian ini mencakup perbedaan tingkatan kualitas (grade), kegunaan, hingga cara penyajian matcha yang ideal.

Secara umum, matcha yang beredar di pasaran Indonesia dikelompokkan menjadi tiga grade utama: premium, culinary, dan ceremonial. Namun, penting untuk dicatat bahwa klasifikasi ini tidak selalu sejalan dengan standar yang berlaku di Jepang, negara asal matcha. Pengelompokan grade ini lebih berfungsi untuk membedakan karakteristik rasa, warna, dan kultivar matcha, serta menyesuaikannya dengan tujuan penggunaannya dalam berbagai aplikasi makanan dan minuman.

Lantas, apa saja perbedaan mendasar antara ceremonial dan culinary grade matcha? Berikut adalah ulasan lengkapnya:

  • Rasa: Matcha ceremonial memiliki rasa yang lebih kompleks dan halus. Cita rasanya didominasi oleh sentuhan sepat yang lembut, disertai dengan rasa umami (gurih) dan manis alami yang khas. Karakter rasa ini membuat ceremonial grade sangat cocok untuk dinikmati secara langsung dalam upacara minum teh tradisional Jepang.

    Di sisi lain, matcha culinary memiliki rasa yang lebih kuat dan cenderung pahit. Rasa umaminya juga tidak sekuat ceremonial grade. Meskipun demikian, rasa pahit ini justru menguntungkan karena memungkinkan matcha culinary untuk berpadu dengan baik dengan berbagai bahan tambahan dalam makanan dan minuman tanpa mengalahkan rasa aslinya.

  • Tekstur dan Warna: Perbedaan grade matcha juga dapat dikenali melalui tekstur dan warnanya. Matcha ceremonial memiliki tekstur yang sangat halus, hampir seperti bedak. Warnanya hijau terang dan pekat, menandakan kandungan klorofil yang tinggi. Ketika diusapkan pada kertas, matcha ceremonial akan meninggalkan garis yang mulus dan tidak putus-putus.

    Sebaliknya, matcha culinary memiliki tekstur yang sedikit lebih kasar dengan butiran yang lebih besar. Warnanya juga tidak sepekat ceremonial grade, cenderung hijau kekuningan. Saat diusapkan pada kertas, matcha culinary seringkali meninggalkan jejak garis yang putus-putus.

  • Kegunaan: Perbedaan rasa dan warna yang signifikan antara ceremonial dan culinary grade matcha secara langsung mempengaruhi penggunaannya. Matcha ceremonial, dengan rasa dan aroma alaminya yang istimewa, paling cocok untuk disajikan secara murni. Beberapa contoh penyajian yang populer adalah usucha (matcha encer), koicha (matcha kental), cold whisk (matcha dingin yang dikocok), atau setidaknya sebagai bahan dasar untuk matcha latte.

    Sementara itu, matcha culinary lebih ideal untuk diolah menjadi campuran berbagai jenis makanan, dessert, atau bahkan untuk bereksperimen dengan kreasi matcha yang unik dan inovatif. Rasa pahitnya yang kuat memungkinkan matcha culinary untuk memberikan sentuhan rasa yang khas pada hidangan tanpa menghilangkan rasa bahan-bahan lainnya.

  • Perbedaan dengan Premium Grade Matcha: Selain ceremonial dan culinary, terdapat juga grade premium matcha. Namun, seringkali premium matcha dianggap berada di bawah ceremonial dan culinary dalam hal kualitas. Premium matcha biasanya dijual dengan harga yang lebih terjangkau. Warnanya cenderung hijau muda hingga kekuningan, tidak sepekat grade lainnya. Dari segi rasa, premium matcha seringkali memiliki rasa pahit yang kuat, bahkan terkadang terasa seperti rumput, yang dapat mengganggu kenikmatan saat dikonsumsi.