Waspada Dehidrasi pada Anak yang Diare: Kenali Gejala Awal dan Cara Mengatasinya
Diare merupakan masalah kesehatan umum yang sering menyerang anak-anak, terutama akibat konsumsi makanan atau minuman yang tidak bersih. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa diare umumnya merupakan indikasi adanya infeksi pada saluran pencernaan.
Walaupun biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu kurang dari seminggu, diare tidak boleh dianggap remeh. Jika penanganan yang tepat tidak segera dilakukan, diare dapat memicu dehidrasi atau kekurangan cairan yang berbahaya bagi kesehatan anak.
Dokter spesialis anak subspesialis gastrohepatologi, dr. Himawan Aulia Rahman, Sp.A, Subsp.G.H., menekankan pentingnya bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda dehidrasi sejak dini. Berikut adalah beberapa gejala dehidrasi yang perlu diwaspadai pada anak yang mengalami diare:
- Perubahan Tingkah Laku: Anak yang mengalami dehidrasi biasanya akan terlihat lebih lemas, kurang aktif dibandingkan biasanya, dan kulitnya mungkin terlihat pucat. Perhatikan jika anak yang biasanya ceria dan aktif tiba-tiba menjadi lesu, lebih banyak tidur, dan kurang bersemangat.
- Rasa Haus Berlebihan: Dehidrasi memicu rasa haus yang sangat kuat. Anak akan terus-menerus meminta minum dan tampak gelisah karena merasa kehausan. Penting untuk membedakan rasa haus biasa dengan rasa haus akibat diare. Pada kasus dehidrasi, rasa haus akan tetap ada meskipun anak sudah minum.
- Tidak Ada Air Mata Saat Menangis: Pada dehidrasi tingkat sedang hingga berat, anak mungkin tidak mengeluarkan air mata saat menangis. Ini adalah indikasi jelas bahwa tubuh anak kekurangan cairan dalam jumlah signifikan.
- Mata Cekung: Perhatikan area mata anak. Mata yang terlihat cekung atau masuk ke dalam, disertai dengan lingkaran hitam di bawah mata, bisa menjadi tanda bahwa jaringan tubuh kekurangan cairan. Kondisi ini seringkali disertai dengan wajah yang tampak lelah dan pandangan mata yang tidak fokus.
- Urine Berwarna Pekat: Warna urine adalah indikator penting. Urine yang semakin pekat menunjukkan bahwa tubuh anak semakin kekurangan cairan. Warna urine yang normal adalah kuning muda. Jika urine anak berwarna kuning tua atau bahkan oranye, segera tingkatkan asupan cairan atau konsultasikan dengan dokter.
- Jarang Mengganti Popok: Pada bayi dan anak kecil yang masih menggunakan popok, frekuensi penggantian popok dapat menjadi petunjuk dehidrasi. Jika popok tetap kering atau hanya sedikit basah dalam beberapa jam, ini bisa menandakan penurunan produksi urine akibat dehidrasi. Normalnya, bayi dan balita buang air kecil setiap 3-4 jam. Jika frekuensinya lebih jarang dari itu, terutama saat anak sedang diare, orang tua harus waspada.
Dengan mengenali gejala-gejala dehidrasi sejak dini, orang tua dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah kondisi yang lebih serius. Pastikan anak mendapatkan asupan cairan yang cukup saat diare dan segera konsultasikan dengan dokter jika gejala dehidrasi semakin memburuk.