Remaja Ejek Polisi Saat Trek-trekan, Menyesal Setelah Ditangkap

Remaja Ejek Polisi Saat Trek-trekan, Menyesal Setelah Ditangkap

Viral sebuah video di media sosial yang memperlihatkan aksi sejumlah remaja yang melakukan trek-trekan di wilayah Pasirian, Lumajang, Jawa Timur. Video yang diunggah oleh akun Instagram @temanpolisi tersebut menampilkan sejumlah remaja yang mengendarai sepeda motor dengan cara yang sangat berbahaya dan melanggar peraturan lalu lintas. Mereka tidak mengenakan helm, bahkan ada yang berboncengan tiga. Aksi mereka semakin meresahkan ketika salah satu remaja secara terang-terangan mengejek petugas kepolisian yang berusaha menertibkan mereka dengan mengangkat bokongnya sembari berpose layaknya sedang melakukan trek-trekan. Sikap menantang dan kurang ajar dari remaja tersebut terekam dengan jelas dalam video tersebut.

Namun, penyesalan mendalam tampak terlihat di akhir video. Remaja yang sebelumnya mengejek petugas itu tampak menangis tersedu-sedu setelah diamankan oleh pihak kepolisian. Petugas kepolisian dalam video tersebut terlihat mengecam tindakan remaja tersebut dengan kalimat, "Nangis sekarang, abis jungkat-jungkit, ngejek-ngejek nangis, apaan. Orang tua sudah melarang, masih saja." Insiden ini menyoroti pentingnya edukasi dan pengawasan orang tua dalam mencegah perilaku serupa di masa mendatang.

Bahaya trek-trekan di jalan umum ditegaskan oleh Head of Safety Riding Promotion Wahana, Agus Sani. Ia menjelaskan bahwa aksi tersebut memiliki risiko kecelakaan yang sangat tinggi, terutama bagi anak di bawah umur yang belum memiliki keterampilan berkendara yang memadai. "Pertama, risiko kecelakaan sangat tinggi karena anak belum memiliki keterampilan berkendara yang cukup untuk mengendalikan motor dalam kecepatan tinggi," ujar Agus. Jalan umum, lanjut Agus, juga tidak didesain untuk balapan. Banyak faktor tak terduga seperti kendaraan lain, pejalan kaki, dan kondisi jalan yang buruk dapat menyebabkan kecelakaan fatal, baik bagi pelaku maupun pengguna jalan lain. Selain itu, anak di bawah umur juga tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dan pemahaman aturan lalu lintas yang minim. Mereka juga kerap mengabaikan penggunaan perlengkapan keselamatan seperti helm, jaket pelindung, atau sarung tangan, yang akan memperparah cedera jika terjadi kecelakaan.

Agus Sani juga menyoroti pentingnya edukasi sejak dini tentang bahaya balapan liar dan pentingnya keselamatan berkendara. Ia menyarankan agar pihak berwenang lebih tegas dalam menindak dan membubarkan aksi trek-trekan untuk mencegah jatuhnya korban jiwa. Peran orang tua pun sangat penting dalam mengawasi anak dan mencegah mereka mengendarai motor di bawah umur. Membantu anak terlibat dalam kegiatan positif, seperti mengikuti balapan resmi di sirkuit, juga merupakan solusi yang efektif. Kesimpulannya, kasus ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam mencegah aksi trek-trekan yang membahayakan keselamatan jiwa.

Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Tingginya Risiko Kecelakaan: Trek-trekan di jalan umum sangat berisiko kecelakaan, terutama bagi anak di bawah umur yang belum terampil mengendarai motor.
  • Kurangnya Kesadaran Keselamatan: Remaja yang melakukan trek-trekan seringkali mengabaikan penggunaan perlengkapan keselamatan seperti helm.
  • Peran Orang Tua: Orang tua memiliki peran penting dalam mengawasi anak dan mencegah mereka terlibat dalam aksi berbahaya.
  • Pentingnya Edukasi: Edukasi tentang bahaya balapan liar dan keselamatan berkendara perlu ditingkatkan.
  • Penegakan Hukum: Pihak berwenang perlu lebih tegas dalam menindak aksi trek-trekan.
  • Alternatif Kegiatan Positif: Memberikan alternatif kegiatan positif, seperti balapan resmi di sirkuit, dapat menjadi solusi pencegahan.