Industri Mainan Anak Indonesia Unjuk Gigi: Ekspor ke AS Tembus Rp 11 Miliar
markdown Industri mainan anak di Indonesia terus menunjukkan performa yang menggembirakan di tengah dinamika ekonomi global. Hal ini dibuktikan dengan surplus neraca ekspor impor yang konsisten selama lima tahun terakhir. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan apresiasi tinggi kepada industri mainan anak atas pencapaian ini, terutama dalam menjaga daya saing di pasar internasional yang semakin kompetitif.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan kebanggaannya atas ketahanan dan daya saing industri manufaktur Indonesia di kancah global. Hal ini disampaikan saat acara pelepasan ekspor mainan anak PT Royal Regent Indonesia (RRI) di Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah. Beliau menyoroti bahwa di tengah disrupsi ekonomi global, industri manufaktur dalam negeri tetap mampu menunjukkan performa yang solid.
Kinerja Ekspor yang Meningkat
Sektor industri mainan anak mencatatkan surplus neraca ekspor selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2024, nilai ekspor mencapai 610 juta dollar AS, meningkat 13,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Amerika Serikat menjadi tujuan utama ekspor, mencakup 48 persen dari total ekspor mainan anak Indonesia, diikuti oleh Inggris, Singapura, China, dan Jerman. Pada tahun 2024, produk mainan anak Indonesia menyumbang 2 persen atau senilai 289 juta dollar AS dari total impor mainan AS.
Produk mainan anak buatan Indonesia yang banyak diminati di Amerika Serikat antara lain:
- Boneka
- Mainan berbahan empuk (stuffed toys)
- Mainan skala atau model
- Mainan blok set
Hal ini menunjukkan potensi besar bagi Indonesia untuk meningkatkan penetrasi pasar di AS.
Kontribusi PT Royal Regent Indonesia
PT Royal Regent Indonesia (RRI), yang merupakan bagian dari Walden Toys Group asal Hong Kong, menjadi salah satu contoh sukses industri mainan anak nasional. Perusahaan yang beroperasi sejak November 2023 ini kembali mengekspor enam kontainer produk mainan senilai 688.662 dollar AS atau sekitar Rp 11 miliar. Produk yang diekspor meliputi kursi mainan anak, baju boneka, dan traktor mainan.
Sejak beroperasi, PT RRI telah mencatatkan nilai ekspor sebesar 28 juta dollar AS, dengan kapasitas produksi mencapai 850.000 pieces per bulan. Selain Amerika Serikat, PT RRI juga mengekspor ke Kanada, Jepang, dan Eropa. Perusahaan ini memasok produk mainan untuk Target, Disney, dan Walmart. Pada musim puncak, PT RRI mampu mempekerjakan hingga 1.700 karyawan. Produk-produk PT RRI telah memenuhi standar vendor global dan mengantongi sertifikasi internasional.
Harapan untuk Industri Mainan Anak Nasional
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita berharap industri mainan anak nasional terus berdaya saing dan memperluas ekspansi ke berbagai kawasan. Beliau juga berharap industri ini dapat berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan ekspor, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Secara global, Indonesia berada di posisi ke-22 dari 195 negara dalam kontribusi ekspor industri mainan anak, dengan pangsa pasar sebesar 0,48 persen. Ini menunjukkan potensi besar industri mainan anak nasional untuk tumbuh lebih kompetitif di pasar internasional dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Industri mainan anak nasional merupakan sektor padat karya dan berorientasi ekspor, menyerap lebih dari 37.000 tenaga kerja dengan total 204 unit usaha pada 2024, terdiri dari 124 industri besar dan sedang, 80 industri kecil, serta 10 sentra industri kecil menengah (IKM) mainan anak.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin Reni Yanita mengatakan bahwa sentra UKM mainan anak tersebar di berbagai wilayah, seperti Jawa Tengah (empat sentra), Jawa Timur (satu sentra), dan Jawa Barat (lima sentra).
Pertumbuhan sentra IKM mainan anak dan meningkatnya ekspor industri mainan nasional turut memperkuat kinerja sektor manufaktur Indonesia secara keseluruhan.
Sektor manufaktur Indonesia menunjukkan kinerja baik dengan Manufacturing Value Added (MVA) pada 2023 sebesar 255,96 miliar dollar AS berdasarkan data World Bank dan United Nations Statistics. Nilai tersebut menempatkan Indonesia dalam 12 besar negara manufaktur dunia, serta yang terbesar ke-5 di Asia, di bawah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. Nilai MVA Indonesia menjadi yang tertinggi di Asean, jauh melampaui negara-negara ASEAN termasuk Thailand dan Vietnam.
Data produk domestik bruto (PDB) triwulan I-2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sektor industri manufaktur berkontribusi 17,50 persen terhadap PDB. Angka tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2024 sebesar 17,47 persen, serta lebih tinggi dibandingkan kontribusi sepanjang 2024 yang tercatat sebesar 17,16 persen.
Sektor manufaktur Indonesia juga tercatat sebagai sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan kinerja ekspor nasional. Pada 2024, nilai ekspor sektor industri manufaktur mencapai 196,5 miliar dollar AS atau 74.25 persen dari total ekspor nasional. Pada triwulan I-2025, sektor industri manufaktur mencatat surplus perdagangan sebesar 10,4 miliar dollar AS, dengan nilai ekspor mencapai 52,9 miliar dollar AS atau 79,4 persen dari total ekspor nasional.