Indonesia Pertimbangkan Teknologi Nuklir dari Rusia dan China untuk PLTN

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menjajaki kemungkinan penggunaan teknologi dari Rusia dan China dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Opsi ini muncul seiring dengan penawaran teknologi Small Modular Reactor (SMR) dari kedua negara, yang dinilai sesuai dengan kebutuhan dan kajian yang telah dilakukan oleh pemerintah.

Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, mengindikasikan bahwa pembahasan mengenai potensi kerjasama ini telah dilakukan, kemungkinan besar selama kunjungan Menteri ESDM sebelumnya. Meskipun demikian, keputusan final mengenai teknologi yang akan dipilih masih menunggu kajian lebih lanjut. Salah satu aspek penting yang menjadi pertimbangan adalah tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).

"Kita mempertimbangkan teknologi terlebih dulu. Jadi, kalau teknologinya itu sesuai dan juga persyaratan TKDN, kita kan mempersyaratkan untuk TKDN-nya sekitar 40%," ujar Yuliot Tanjung.

Rencana pembangunan PLTN di Indonesia semakin konkret setelah Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengumumkan target operasional pada tahun 2032. Pemerintah menargetkan memulai pembangunan fisik PLTN pada tahun 2027. Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM tengah menyusun regulasi yang diperlukan untuk mendukung proyek ini.

Pengembangan PLTN ini telah tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) Tahun 2025-2034. Pemerintah berencana membangun PLTN dengan kapasitas awal 250 Megawatt (MW) di Sumatera dan Kalimantan. Pendekatan bertahap ini dipilih untuk memastikan keberhasilan operasional sebelum meningkatkan kapasitas PLTN.

Berikut adalah poin penting dari berita ini:

  • Opsi Teknologi: Rusia dan China menawarkan teknologi Small Modular Reactor (SMR) untuk PLTN Indonesia.
  • Pertimbangan TKDN: Tingkat Kandungan Dalam Negeri menjadi faktor penting dalam pemilihan teknologi.
  • Target Operasional: PLTN ditargetkan beroperasi pada tahun 2032.
  • Lokasi Pembangunan: PLTN akan dibangun di Sumatera dan Kalimantan.
  • Kapasitas Awal: Pembangunan dimulai dengan kapasitas 250 MW.

Regulasi Pendukung

Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal EBTKE aktif mempersiapkan berbagai regulasi yang akan menjadi landasan hukum bagi pembangunan dan operasional PLTN. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam merealisasikan proyek strategis ini.

Kapasitas dan Lokasi

Pemilihan Sumatera dan Kalimantan sebagai lokasi awal pembangunan PLTN didasarkan pada berbagai pertimbangan teknis dan strategis. Kapasitas awal sebesar 250 MW dipilih untuk meminimalkan risiko dan memberikan kesempatan untuk evaluasi kinerja sebelum meningkatkan skala proyek.

Small Modular Reactor (SMR)

Teknologi SMR menjadi daya tarik utama dari penawaran Rusia dan China. SMR menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan reaktor nuklir konvensional, termasuk ukuran yang lebih kecil, biaya pembangunan yang lebih rendah, dan fleksibilitas lokasi yang lebih besar.

Manfaat PLTN

Pembangunan PLTN diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap penyediaan energi bersih dan berkelanjutan di Indonesia. PLTN juga dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan membantu mencapai target pengurangan emisi karbon.