Ribuan Warga Sipil Suriah Mengungsi ke Pangkalan Rusia Usai Pembantaian Massal di Jableh
Ribuan Warga Sipil Suriah Mengungsi ke Pangkalan Rusia Usai Pembantaian Massal di Jableh
Lebih dari seribu warga sipil, sebagian besar dari komunitas Alawi, tewas dalam kekerasan yang melanda wilayah pesisir Suriah. Insiden berdarah ini telah memaksa ribuan lainnya untuk mencari perlindungan di pangkalan udara Hmeimim milik Rusia, di tengah kekhawatiran akan aksi kekerasan lebih lanjut. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (OSDH), sebuah organisasi pemantau konflik bersumber luas, melaporkan angka korban tewas mencapai 1.225 jiwa. Kejadian ini terjadi di Jableh dan desa-desa sekitarnya, pusat komunitas Alawi—kelompok minoritas yang sama dengan asal usul mantan Presiden Bashar al-Assad.
Menurut laporan OSDH, gelombang kekerasan ini melibatkan pertempuran antara pasukan pemerintah Suriah dan pejuang yang setia kepada rezim Assad. Kekerasan terkonsentrasi di wilayah pesisir Mediterania, mengakibatkan kerusakan yang signifikan dan membuat warga sipil ketakutan untuk tinggal di rumah mereka. Situasi darurat kemanusiaan ini kian diperparah dengan laporan bahwa beberapa rumah warga hancur, sementara pengungsi yang tiba di pangkalan Rusia sejak Jumat, 7 Maret 2025, kekurangan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya. Kondisi ini mendorong banyak pengungsi untuk menolak pulang, bahkan setelah Wali Kota Jableh, Amjad Sultan, menjamin keamanan dan mengklaim bahwa pasukan keamanan telah berhasil menguasai situasi.
Upaya pemerintah Suriah untuk mengembalikan warga ke rumah mereka mendapat tantangan. Sultan, dalam pernyataannya kepada AFP, menyatakan telah mengunjungi pangkalan Rusia untuk membujuk warga sipil kembali. Ia menjelaskan bahwa pasukan keamanan telah dikerahkan untuk mengamankan wilayah tersebut dan beberapa korban luka telah dievakuasi. Namun, upaya ini tampak kurang efektif, mengingat banyaknya warga sipil yang tetap berlindung di pangkalan Rusia dan beberapa lainnya memilih untuk bersembunyi di daerah pegunungan.
Di pintu masuk pangkalan udara Hmeimim, situasi kemanusiaan terlihat nyata. Sebuah konvoi Bulan Sabit Merah Suriah terlihat mengevakuasi korban luka, termasuk dua perempuan, sementara beberapa pengungsi lainnya melakukan demonstrasi di luar pangkalan, menyerukan bantuan internasional dan meneriakkan yel-yel dukungan kepada Rusia. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan mengenai peran Rusia dalam konflik Suriah dan upaya negara tersebut untuk menjalin hubungan dengan pemerintah baru di Damaskus, terutama terkait dengan keamanan pangkalan militernya di Hmeimim dan Tartus.
Situasi ini menyoroti kerentanan warga sipil di tengah konflik berkepanjangan di Suriah. Meskipun pemerintah berupaya meyakinkan bahwa situasi telah aman, rasa takut dan kurangnya kepercayaan pada pihak berwenang membuat banyak warga enggan kembali ke rumah mereka. Krisis kemanusiaan ini menuntut tanggapan internasional yang komprehensif, termasuk bantuan kemanusiaan dan perlindungan bagi warga sipil yang terdampak.
Poin-poin penting:
- Pembantaian massal di Jableh, Suriah, menewaskan lebih dari 1.225 warga sipil.
- Ribuan warga sipil, sebagian besar Alawi, mengungsi ke pangkalan udara Rusia di Hmeimim.
- Kekurangan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya di antara pengungsi.
- Upaya pemerintah Suriah untuk membujuk warga kembali ke rumah mereka.
- Seruan perlindungan internasional dan bantuan kemanusiaan.
- Peran Rusia dalam konflik Suriah dan keamanan pangkalan militernya.