Kegiatan Hiburan Berujung Kontroversi: Siswa SD di Tulungagung 'Nyawer' Biduan Saat Acara Perpisahan Kelas
Kegiatan perpisahan siswa kelas VI di SDN 1 Kenayan, Tulungagung, menjadi sorotan setelah video yang memperlihatkan siswa 'nyawer' biduan di dalam kelas viral di media sosial. Insiden ini memicu beragam reaksi dari masyarakat, mempertanyakan kesesuaian hiburan tersebut untuk anak-anak usia sekolah dasar.
Acara perpisahan yang diadakan pada Sabtu, 14 Juni lalu, sebenarnya telah tersusun dengan agenda resmi yang meliputi seremonial pelepasan topi SD, penampilan paduan suara, dan pelepasan balon. Namun, setelah rangkaian acara formal usai, paguyuban wali murid kelas VI mengambil inisiatif untuk mengadakan acara tambahan. Acara tambahan ini berupa pemotongan tumpeng dan hiburan organ tunggal yang digelar di dalam ruang kelas.
Saat itulah, tanpa sepengetahuan pihak sekolah yang saat itu sudah tidak berada di lokasi acara, beberapa siswa terlibat dalam aksi berjoget dan memberikan uang kepada biduan yang tampil. Video yang merekam momen tersebut kemudian tersebar luas dan menimbulkan kehebohan di kalangan warganet.
Kepala SDN 1 Kenayan, Admim Kholisina, membenarkan kejadian tersebut dan menyatakan bahwa kegiatan hiburan itu bukan bagian dari agenda resmi sekolah. Ia menjelaskan bahwa inisiatif tersebut murni berasal dari paguyuban wali murid kelas VI. Pihak sekolah menyayangkan terjadinya insiden tersebut dan menilai bahwa tindakan berjoget dan memberikan uang kepada biduan tidak pantas dilakukan oleh siswa sekolah dasar. Admim berharap kejadian serupa tidak akan terulang kembali di masa mendatang.
Insiden ini memicu diskusi tentang peran orang tua dan sekolah dalam mengawasi kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak-anak. Beberapa pihak berpendapat bahwa orang tua seharusnya lebih selektif dalam memilih hiburan yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Sementara itu, pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pengawasan yang lebih ketat terhadap kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungan sekolah, meskipun kegiatan tersebut diinisiasi oleh pihak eksternal.
Kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait, terutama dalam hal menjaga norma-norma kesopanan dan etika dalam kegiatan yang melibatkan anak-anak. Diharapkan, kejadian serupa tidak akan terulang kembali di masa mendatang, dan semua pihak dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang positif dan kondusif bagi perkembangan anak-anak.