SBY Ungkap Alasan Kehati-hatian dalam Bermedia Sosial: Menjaga Wibawa Jabatan Kepala Negara

Mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengungkapkan alasan di balik frekuensi unggahannya yang jarang di platform media sosial X. Dalam sebuah diskusi yang dipublikasikan di kanal YouTube Gita Wirjawan, SBY menjelaskan bahwa kehati-hatiannya ini didasari oleh pertimbangan etika dan wibawa jabatan kepala negara. Menurutnya, terlalu sering menyampaikan pendapat di ranah publik dapat mengurangi kekhidmatan posisi seorang presiden, mengingat dalam sebuah negara, hanya ada satu pemimpin yang memegang tampuk kekuasaan tertinggi.

"Saya ini jarang sekali mengeluarkan tweet," ujar SBY dalam cuplikan video tersebut. "Nanti kalau terlalu banyak bicara enggak bagus, presiden kita hanya satu, mataharinya hanya satu, yang lain paling tinggi ya bulan lah gitu," imbuhnya. Pernyataan ini mencerminkan pandangan SBY tentang pentingnya menjaga proporsi dan fokus komunikasi publik dari seorang mantan pemimpin negara.

SBY juga menyinggung unggahannya terkait kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Ia merasa perlu menyampaikan pandangannya mengenai langkah-langkah negosiasi yang diambil oleh pemerintah Indonesia. Namun, ia menekankan bahwa komentarnya tersebut merupakan pengecualian dan dilakukan dengan pertimbangan matang.

Lebih lanjut, SBY menyoroti upaya Presiden Prabowo Subianto dalam merespons kebijakan tarif Trump. Ia mengapresiasi langkah Prabowo yang melibatkan pemimpin negara-negara ASEAN dalam diskusi untuk mencari solusi bersama. SBY menekankan pentingnya solidaritas ASEAN dalam menghadapi tantangan ekonomi global, terutama dalam mencegah eskalasi tarif yang dapat merugikan seluruh kawasan.

SBY juga memberikan saran kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan para menteri terkait yang terlibat dalam negosiasi dengan Amerika Serikat untuk memberikan penjelasan yang komprehensif kepada publik mengenai hasil negosiasi tersebut. Hal ini penting agar masyarakat memiliki pemahaman yang jelas tentang dampak kebijakan tarif Trump dan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasinya.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah mengambil langkah proaktif dengan menghubungi para pemimpin ASEAN untuk membahas respons bersama terhadap kebijakan tarif impor yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump. Selain itu, Prabowo menugaskan Airlangga Hartarto untuk melakukan negosiasi langsung dengan pihak Amerika Serikat di Washington DC.

Berikut adalah poin-poin penting yang diangkat oleh SBY dalam diskusi tersebut:

  • Kehati-hatian dalam bermedia sosial sebagai mantan presiden
  • Pentingnya menjaga wibawa jabatan kepala negara
  • Apresiasi terhadap upaya negosiasi pemerintah Indonesia terkait tarif Trump
  • Solidaritas ASEAN dalam menghadapi tantangan ekonomi global
  • Transparansi informasi kepada publik mengenai hasil negosiasi