Program Makan Bergizi Gratis: Prioritaskan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui untuk Generasi Emas

Prioritaskan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui dalam Program Makan Bergizi Gratis

Program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah inisiatif ambisius yang bertujuan untuk menciptakan generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan produktif pada tahun 2045, kini menjadi sorotan. Meskipun program ini mencakup ibu hamil dan menyusui sebagai salah satu kelompok sasaran utama, implementasinya di lapangan menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan. Seringkali, fokus utama program MBG lebih tertuju pada peserta didik di sekolah, sementara kebutuhan gizi ibu hamil dan menyusui kurang mendapatkan perhatian yang memadai.

Menurut Fitriana Herarti, Wakil Ketua Early Childhood Education and Development (ECED) Council sekaligus ECED Ecosystem Development Lead Tanoto Foundation, fase paling krusial dalam tumbuh kembang anak justru terjadi sejak masa kehamilan hingga usia tiga tahun. Periode ini merupakan masa emas perkembangan otak anak, di mana sekitar 80% perkembangan otak terjadi. Oleh karena itu, pemenuhan gizi yang adekuat dan stimulasi yang tepat pada fase ini sangat menentukan masa depan anak, baik secara kognitif maupun fisik.

Dampak Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dan Menyusui

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah. Sementara itu, ibu menyusui yang kekurangan gizi berisiko mengalami penurunan volume ASI, pemulihan pascapersalinan yang terhambat, kerusakan tulang, anemia, hingga penurunan imunitas tubuh. Dampak negatif ini tidak hanya dirasakan oleh ibu, tetapi juga oleh anak yang diasuhnya. Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa ibu hamil dan menyusui bukan hanya penerima bantuan makanan, tetapi juga individu dewasa yang memiliki otonomi penuh dan harus dilibatkan secara aktif dalam pengambilan keputusan gizi bagi diri dan keluarganya.

Tantangan dalam Distribusi dan Akses Layanan

Saat ini, distribusi MBG untuk ibu hamil dan menyusui masih mengandalkan layanan kesehatan terdekat, seperti puskesmas, pustu, dan posyandu. Namun, pendekatan ini memiliki beberapa tantangan. Salah satunya adalah frekuensi akses layanan yang terbatas, di mana ibu hamil dan menyusui umumnya hanya mengakses layanan ini sebulan sekali. Padahal, intervensi MBG idealnya bersifat harian untuk mencapai dampak yang optimal. Oleh karena itu, desain intervensi yang memadukan edukasi gizi menjadi sangat penting.

Pentingnya Edukasi Gizi yang Efektif

Edukasi gizi dibutuhkan agar kelompok sasaran tidak hanya menjadi penerima pasif, tetapi juga bertransformasi menjadi agen perubahan gizi dalam keluarga. Pendekatan edukasi bagi ibu hamil dan menyusui harus berbeda dengan pendekatan untuk anak-anak. Diperlukan metode pembelajaran orang dewasa atau andragogi yang menekankan pengalaman nyata, partisipasi aktif, serta relevansi materi dengan kebutuhan harian.

Materi edukasi harus kontekstual. Akan lebih efektif jika mengajak ibu menyusun dan memasak menu bergizi, daripada sekadar menjelaskan definisi gizi seimbang. Pengalaman hidup para ibu harus dijadikan sumber pembelajaran. Fokus utama bukan sekadar menyampaikan informasi, melainkan membantu ibu memecahkan masalah gizi dalam keseharian mereka. Untuk memastikan edukasi berdampak pada perubahan perilaku, diperlukan pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) yang meliputi tahapan:

  • Prakontemplasi – belum sadar pentingnya gizi
  • Kontemplasi – mulai sadar namun belum siap berubah
  • Persiapan – merencanakan perubahan
  • Tindakan – mulai menerapkan perilaku sehat
  • Pemeliharaan – menjaga konsistensi perubahan tersebut

Ibu Sebagai Subjek, Bukan Objek Program

Pemberian makanan bergizi hanya akan efektif jika dibarengi dengan upaya memberdayakan sasaran. Jika diberi pengetahuan dan ruang untuk berperan aktif, ibu hamil dan menyusui mampu menjadi motor penggerak perubahan gizi dalam keluarga. Sasaran ibu hamil dan ibu menyusui seharusnya tidak lagi dipandang sebagai penerima manfaat semata, tetapi sebagai agen perubahan yang mampu menjangkau sasaran-sasaran lain dalam ekosistem MBG.