Waspada Rabies Saat Berwisata: Risiko dan Pencegahan

Meningkatnya Risiko Rabies di Destinasi Wisata: Kewaspadaan Perlu Ditingkatkan

Berinteraksi dengan hewan, terutama di tempat-tempat baru, sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman berwisata. Namun, di balik kesenangan ini, terdapat potensi risiko kesehatan yang perlu diwaspadai, terutama rabies. Kasus tragis yang menimpa Yvonne Ford, seorang wanita asal Yorkshire, Inggris, menjadi pengingat betapa berbahayanya penyakit ini. Ford meninggal dunia setelah terinfeksi rabies dari seekor anjing saat berlibur di Maroko. Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran dan tindakan pencegahan saat bepergian ke daerah-daerah dengan risiko rabies tinggi.

Memahami Penyebaran dan Gejala Rabies

Rabies adalah penyakit virus mematikan yang menyerang sistem saraf pusat. Penyakit ini umumnya ditularkan melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, tetapi juga dapat menyebar jika air liur hewan yang terinfeksi masuk ke mata, hidung, mulut, atau luka terbuka. Gejala awal rabies seringkali menyerupai penyakit ringan lainnya, seperti demam, sakit kepala, dan rasa tidak nyaman di sekitar area gigitan. Namun, seiring perkembangan infeksi, gejala yang lebih serius dapat muncul, termasuk kejang otot, kebingungan, agitasi, halusinasi, kesulitan menelan, dan kelumpuhan. Setelah gejala klinis muncul, rabies hampir selalu berakibat fatal.

Wilayah dengan Risiko Rabies Tinggi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa sebagian besar kasus rabies pada manusia terjadi di Asia dan Afrika, terutama di daerah pedesaan dengan pengendalian rabies pada hewan yang kurang memadai dan akses terbatas ke pengobatan pasca-paparan (PEP). Anjing bertanggung jawab atas 99% kasus rabies pada manusia. Namun, mamalia lain seperti kelelawar, rakun, dan rubah juga dapat menularkan virus ini. Wisatawan yang berencana mengunjungi daerah-daerah tersebut harus sangat berhati-hati.

Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tertular rabies:

  • Hindari kontak dengan hewan liar dan hewan peliharaan yang tidak dikenal. Jangan mencoba memberi makan, membelai, atau menangkap hewan-hewan ini.
  • Vaksinasi: Pertimbangkan untuk mendapatkan vaksinasi rabies sebelum bepergian ke daerah berisiko tinggi, terutama jika Anda berencana untuk menghabiskan waktu yang lama di daerah tersebut atau jika Anda akan bekerja dengan hewan.
  • Pertolongan Pertama: Jika Anda digigit atau dicakar oleh hewan, segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit. Setelah itu, segera cari pertolongan medis.
  • Pengobatan Pasca-Paparan (PEP): Jika Anda berisiko terkena rabies, dokter Anda akan merekomendasikan serangkaian suntikan PEP, yang meliputi imunoglobulin rabies (RIG) dan vaksin rabies. RIG memberikan perlindungan segera terhadap virus rabies, sedangkan vaksin rabies membantu tubuh Anda mengembangkan kekebalan terhadap virus.

Tindakan Pasca-Paparan: Kunci Pencegahan Rabies

Dr. Katherine Russell dari UK Health Security Agency (UKHSA) menekankan pentingnya tindakan cepat setelah terpapar hewan yang berpotensi rabies. Mencuci luka dengan sabun dan air secara menyeluruh adalah langkah pertama yang krusial untuk menghilangkan virus dari area tersebut. Selanjutnya, mencari pertolongan medis segera sangat penting untuk mendapatkan perawatan PEP yang tepat. PEP sangat efektif dalam mencegah rabies jika diberikan segera setelah paparan.

Dengan meningkatkan kesadaran tentang risiko rabies dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, wisatawan dapat menikmati perjalanan mereka dengan aman dan terhindar dari penyakit mematikan ini. Selalu utamakan keselamatan dan kesehatan Anda saat berinteraksi dengan hewan di tempat-tempat baru.