Bitcoin Unjuk Gigi di Tengah Koreksi Emas dan Kebijakan The Fed

Bitcoin Unjuk Gigi di Tengah Koreksi Emas dan Kebijakan The Fed

Di tengah gejolak geopolitik yang dipicu konflik antara Iran dan Israel, serta kebijakan moneter yang ketat dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), Bitcoin menunjukkan ketangguhannya. Aset kripto ini berhasil mempertahankan posisinya di level 104.000 dollar AS. Kondisi ini berbanding terbalik dengan performa emas, yang mengalami koreksi dari harga 3.420 dollar AS pada 13 Juni 2025 menjadi 3.335 dollar AS pada Jumat (20/06/2025).

Penurunan harga emas terjadi setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tinggi dan memperlambat laju pemangkasan suku bunga dalam beberapa tahun mendatang. Langkah ini diambil menyusul pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang mengindikasikan potensi kenaikan inflasi dalam beberapa bulan ke depan. Sikap The Fed ini memicu kekhawatiran dan mengurangi minat terhadap aset-aset safe haven tradisional seperti emas.

Vice President Indodax, Antony Kusuma, menilai bahwa ketahanan Bitcoin dalam menghadapi tekanan pasar menunjukkan perubahan signifikan dalam persepsi investor global terhadap aset digital. Ia menekankan bahwa Bitcoin kini tidak hanya dipandang sebagai instrumen spekulatif, tetapi juga sebagai salah satu pilar dalam strategi aset global.

"Ketika bank sentral semakin bersikap ketat dan geopolitik makin tidak pasti, investor mencari instrumen yang netral secara politik, terbuka, dan tidak bisa dimanipulasi. Bitcoin menjawab semua itu," kata Antony.

Antony juga menyoroti bahwa tren investasi Bitcoin saat ini menunjukkan pendekatan yang lebih matang. Investor, termasuk institusi, mulai melirik Bitcoin sebagai alternatif lindung nilai di tengah ketidakpastian global. Salah satu keunggulan Bitcoin adalah sifatnya yang independen terhadap otoritas pusat dalam pengelolaan pasokan.

Keunggulan Bitcoin

  • Desentralisasi: Bitcoin tidak dikendalikan oleh bank sentral dan tidak dapat dicetak ulang seperti mata uang fiat.
  • Pasokan Terbatas: Jumlah Bitcoin terbatas hanya 21 juta koin, yang diatur oleh protokolnya.
  • Proteksi Inflasi: Sifat terbatas dan desentralisasi memberikan nilai protektif terhadap inflasi jangka panjang.

Antony mengakui bahwa harga Bitcoin tetap rentan terhadap sentimen pasar yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter global dan ketegangan geopolitik. Namun, ia menekankan bahwa pasokan Bitcoin yang tetap memberikan perlindungan terhadap inflasi jangka panjang, berbeda dengan mata uang fiat yang dapat ditambah peredarannya sesuai keputusan bank sentral.

Kondisi saat ini, lanjut Antony, memperlihatkan realitas bahwa instrumen tradisional seperti emas dapat tertekan oleh kebijakan suku bunga, sementara Bitcoin justru menunjukkan ketahanan dalam tekanan yang sama. Ia juga melihat adanya realokasi kepercayaan investor, di mana aset digital seperti Bitcoin memberikan akses ke dunia tanpa batas dengan efisiensi dan transparansi yang belum pernah ada sebelumnya.

Di Indonesia, tren serupa juga mulai terlihat. Investor muda semakin menyadari peran Bitcoin dalam diversifikasi portofolio jangka panjang. Strategi investasi seperti Dollar-Cost Averaging (DCA) semakin populer karena memungkinkan akumulasi aset secara disiplin dan stabil di tengah fluktuasi pasar.

Meski demikian, Antony menekankan bahwa Bitcoin dan emas bukanlah pesaing mutlak. Keduanya dapat berfungsi sebagai pelindung nilai dengan cara yang berbeda. Emas memiliki sejarah panjang sebagai aset safe haven, sementara Bitcoin menawarkan nilai strategis dalam ekonomi digital masa depan. Keduanya relevan, tergantung pada konteks dan kebutuhan investor.

Antony juga menyambut baik perkembangan regulasi stablecoin di AS, yang diharapkan dapat memberikan angin segar bagi perkembangan ekosistem kripto global. Di Indonesia, regulasi yang jelas seperti pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan memberikan kepastian bagi pelaku pasar domestik untuk tumbuh secara sehat.

"Indodax terus berkomitmen menyediakan ekosistem perdagangan aset kripto yang aman, legal, dan berstandar global. Dengan dukungan komunitas yang terus tumbuh, Kami percaya kripto dapat memainkan peran strategis dalam ekonomi digital Indonesia," ujar Antony.

Ia mengajak masyarakat untuk mengambil langkah strategis dalam menyikapi perubahan lanskap keuangan global. "Volatilitas selalu ada, tetapi arah besar dunia menuju digitalisasi tidak bisa dibantah. Bitcoin bukan sekadar tren, ia adalah sinyal perubahan arah sejarah finansial. Yang mengenal dan memahami sekarang, akan memetik manfaat lebih cepat di masa depan," pungkasnya.