Evan Dimas Temukan Makna Baru Sepak Bola di Sanggar Saraswati Nuswantara
Mantan pemain tim nasional Indonesia, Evan Dimas Darmono, menemukan perspektif baru tentang sepak bola di sebuah sanggar seni dan budaya bernama Saraswati Nuswantara yang terletak di Tulungagung, Jawa Timur. Setelah bertahun-tahun berkecimpung di dunia sepak bola profesional, membela timnas, dan bermain untuk klub-klub besar, Evan Dimas kini melihat sepak bola bukan hanya sekadar tentang kemenangan dan kekalahan, melainkan juga tentang nilai-nilai moral, etika, dan kebersamaan.
Sanggar Saraswati Nuswantara, yang berlokasi di desa Mojoarum, tidak hanya menjadi tempat latihan sepak bola, tetapi juga menjadi wadah bagi berbagai kegiatan seni, budaya, sains, dan olahraga. Evan Dimas terlibat aktif dalam kegiatan sepak bola di sanggar tersebut dan secara bertahap menemukan tujuan hidup yang baru.
"Sanggar ini luar biasa," ujar Evan Dimas. "Di sini saya merasa mendapatkan wawasan yang tidak pernah saya temui selama saya bermain. Sepak bola bukan hanya tentang skill dan teknik, tapi juga tentang nilai-nilai: moral, etika, kebersamaan."
Keputusan Evan Dimas untuk menjadi pelatih di Saraswati Nuswantara didasari oleh konsep sanggar yang membuka hatinya. Setelah melalui diskusi panjang, ia memutuskan untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Ia ingin berkontribusi dalam pengembangan sepak bola usia dini yang terstruktur dan berkelanjutan.
Evan Dimas telah mengantongi lisensi kepelatihan C dan sedang mempersiapkan diri untuk mendapatkan lisensi B. Ia memiliki visi yang jelas untuk membangun sistem pembinaan sepak bola usia dini yang terstruktur.
"Saya mulai merapikan semua dengan struktur. Sekarang saya benar-benar memutuskan untuk fokus," imbuhnya.
Bagi Evan Dimas, menjadi pelatih bukan hanya sekadar profesi, tetapi juga panggilan jiwa. Ia menyadari bahwa mendidik anak-anak bukan hanya tentang memberikan latihan passing atau shooting, tetapi juga tentang membentuk mereka menjadi pribadi yang berkarakter.
"Saya harus menanamkan moral dan etika. Tidak bisa asal-asalan mendidik generasi muda. Mereka ini fondasi masa depan sepak bola," tuturnya.
Meskipun mendapatkan tawaran untuk bermain di kompetisi profesional sejak meninggalkan Persik, Evan Dimas memilih untuk tetap fokus pada perannya di Saraswati Nuswantara.
"Saya masih prioritas di sini. Kalau melatih di tempat lain, nanti saja," kata pria asal Surabaya itu.
Bagi Evan Dimas, imbalan materi bukanlah prioritas utama. Ia lebih menghargai ilmu dan pengalaman yang diperolehnya di Saraswati Nuswantara. Tujuan utamanya adalah memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sepak bola usia dini.
"Saya tidak orientasi dibayar atau tidak. Karena ilmu yang saya dapat di sini tidak bisa dinilai dengan nominal. Kalau soal uang, nanti saja. Yang penting saya punya tujuan baik," pungkasnya penuh keyakinan.
Di Sanggar Saraswati Nuswantara, Evan Dimas tidak hanya menjadi seorang pelatih, tetapi juga seorang pembelajar. Ia belajar tentang ketulusan, memberi tanpa pamrih, dan mengejar mimpi tanpa harus selalu menjadi sorotan media.