Ketidakhadiran Prabowo di G7: Langkah Taktis dalam Diplomasi Global di Tengah Pusaran Konflik Timur Tengah
Keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk tidak menghadiri forum negara-negara G7 menuai sorotan. Wakil Ketua MPR, Eddy Soeparno, menilai langkah ini sebagai bagian dari strategi diplomasi yang cermat, terutama dalam merespons dinamika yang berkembang di kawasan Timur Tengah.
Alih-alih menghadiri G7, Prabowo memilih untuk memenuhi undangan Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai pembicara kunci di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025. Eddy Soeparno berpendapat bahwa keputusan ini mencerminkan konsistensi Indonesia dalam menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif, yang menolak segala bentuk agresi dan penjajahan terhadap negara lain.
"Keputusan Presiden Prabowo untuk tidak menghadiri forum G7 adalah keputusan yang tepat," tegas Eddy Soeparno dalam keterangan tertulisnya. Pernyataan ini disampaikan di sela-sela acara Bimbingan Teknis Bela Negara bagi Anggota DPRD PAN di Universitas Indonesia Mandiri, Lampung Selatan. Eddy Soeparno juga menekankan bahwa kehadiran Prabowo di SPIEF 2025 akan menjadi momentum penting untuk mempertegas posisi strategis Indonesia di panggung global.
Eddy Soeparno meyakini bahwa pertemuan antara Presiden Prabowo dan Vladimir Putin akan membahas respons bersama terhadap konflik Israel-Palestina dan upaya meredakan ketegangan di Timur Tengah. Ia menambahkan, diplomasi aktif di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo semakin memperkuat posisi Indonesia di mata dunia, sejalan dengan prinsip politik bebas aktif dan amanat konstitusi untuk menentang segala bentuk penjajahan dan penindasan.
Sebelumnya, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menjelaskan bahwa ketidakhadiran Prabowo di G7 disebabkan oleh bentrokan jadwal dengan agenda lain yang telah ditetapkan sebelumnya, termasuk kehadirannya di Singapura dan undangan dari Rusia untuk menghadiri SPIEF. Undangan dari Rusia, yang diterima beberapa bulan sebelumnya, menempatkan Prabowo sebagai salah satu pembicara utama forum tersebut.
Keputusan Prabowo untuk fokus pada SPIEF alih-alih G7 mencerminkan prioritas Indonesia dalam menjalin kemitraan strategis dengan berbagai negara, termasuk Rusia, dalam upaya menciptakan perdamaian dan stabilitas global. Langkah ini juga menunjukkan komitmen Indonesia untuk memainkan peran aktif dalam menyelesaikan konflik-konflik regional dan internasional.
Daftar poin-poin penting :
- Keputusan Prabowo tidak menghadiri G7 dinilai sebagai langkah diplomasi yang tepat.
- Prabowo akan menghadiri St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025.
- Pertemuan Prabowo dan Putin diharapkan membahas konflik Israel-Palestina.
- Indonesia konsisten dengan politik luar negeri bebas aktif.
- Ketidakhadiran Prabowo di G7 karena bentrok jadwal.