Teror Suara Misterius Hantui Diaspora Iran di Tengah Ketegangan Geopolitik
Gelombang laporan aneh menghantui warga Iran di perantauan pasca serangan Israel ke Iran, memicu spekulasi dan kecemasan mendalam. Alih-alih mendengar suara keluarga di Teheran dan kota-kota lain, mereka disambut oleh suara robot misterius saat melakukan panggilan telepon. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah ini taktik disinformasi yang disengaja, atau indikasi eskalasi konflik ke ranah dunia maya?
Ellie, seorang wanita Inggris-Iran, menjadi salah satu korban fenomena aneh ini. Saat mencoba menghubungi ibunya di Teheran, ia dikejutkan oleh suara robot wanita dengan aksen Inggris yang kurang sempurna. Suara itu, yang mengaku bernama "Alyssia", tampak kebingungan dan gagal mengenali Ellie. Pengalaman serupa dialami oleh setidaknya sembilan warga Iran di diaspora, tersebar di Inggris dan Amerika Serikat. Karena khawatir akan keselamatan keluarga mereka di Iran, banyak yang memilih untuk merahasiakan identitas mereka.
Kemunculan suara-suara aneh ini bertepatan dengan serangan Israel yang menargetkan fasilitas nuklir dan militer Iran, serta pemblokiran internet oleh pemerintah Iran. Pemblokiran ini, yang diklaim bertujuan melindungi negara, justru memperparah isolasi warga Iran dari dunia luar.
Para ahli memiliki pendapat beragam mengenai asal-usul suara robot ini. Beberapa menduga itu adalah kecerdasan buatan berteknologi rendah, chatbot, atau pesan rekaman otomatis yang mengalihkan panggilan internasional. Sementara identitas dalang di balik fenomena ini masih menjadi misteri, beberapa ahli menuding pemerintah Iran, sementara yang lain menunjuk Israel sebagai pihak yang lebih mungkin bertanggung jawab.
Amir Rashidi, seorang ahli keamanan siber Iran, berpendapat bahwa suara robot ini adalah bagian dari strategi pemerintah Iran untuk menciptakan kebingungan dan kepanikan selama masa krisis. Ia membandingkannya dengan taktik serupa yang digunakan selama perang Iran-Irak pada tahun 1980-an. Di sisi lain, Marwa Fatafta dari Access Now berpendapat bahwa ini mungkin merupakan bentuk perang psikologis yang dilancarkan oleh Israel, mirip dengan pesan langsung yang dikirimkan ke warga Lebanon dan Palestina selama konflik sebelumnya.
Terlepas dari siapa pun yang bertanggung jawab, fenomena ini telah menimbulkan dampak psikologis yang signifikan bagi warga Iran di diaspora. Bagi mereka, panggilan telepon adalah saluran penting untuk tetap terhubung dengan keluarga dan teman-teman di tanah air. Mendengar suara robot alih-alih orang yang mereka cintai hanya menambah rasa cemas dan terisolasi. Beberapa bahkan menggambarkan pengalaman itu sebagai bentuk "perang psikologis", yang dirancang untuk menyiksa mereka yang sudah merasa khawatir.
Pesan-pesan yang disampaikan oleh suara robot tersebut seringkali aneh dan tidak masuk akal. Beberapa mengajak penelepon untuk membayangkan berjalan-jalan di hutan yang tenang atau di tepi pantai, sementara yang lain hanya mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk mendengarkan. Ellie, yang ibunya menderita diabetes dan kekurangan insulin, merasa putus asa karena tidak dapat menyampaikan pesan penting. Ia akhirnya berhasil berkomunikasi melalui perantara yang memiliki akses ke jaringan telepon Iran.
Pemblokiran internet oleh pemerintah Iran semakin mempersulit komunikasi. Banyak panggilan gagal tersambung atau dialihkan ke pesan robot. Beberapa warga Iran terpaksa menggunakan antena parabola ilegal untuk mengakses berita internasional. Elon Musk mengklaim telah mengaktifkan Starlink di Iran, meskipun penggunaannya ilegal dan diawasi ketat.
Bagi sebagian diaspora, seperti M., pengalaman ini meninggalkan rasa tidak berdaya. Ia tidak dapat menghubungi ibu mertuanya yang dirawat di ICU di Teheran akibat masalah pernapasan pasca serangan Israel. Alih-alih mendengar suara ibu mertuanya, ia hanya mendengar pesan aneh tentang hutan dan ombak.
Motif dan pelaku di balik suara robot ini masih belum jelas. Colin Crowell, mantan wakil presiden Twitter, menduga perusahaan telekomunikasi Iran mengalihkan panggilan ke sistem pesan default. Sementara itu, Mehdi Yahyanejad, seorang aktivis kebebasan internet, berpendapat bahwa sistem telekomunikasi Iran yang diawasi ketat mempersulit peretasan oleh pihak luar.
Misi Iran di PBB dan militer Israel belum memberikan tanggapan terkait fenomena ini. Yang jelas, suara robot misterius ini telah memperdalam kecemasan dan isolasi warga Iran di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik. Apakah ini pertanda awal perang AI yang lebih canggih, atau hanya taktik psikologis dalam konflik yang memanas? Jawaban atas pertanyaan ini masih menjadi misteri yang menanti untuk diungkap.