Jakarta Menuju Kota Hijau: Hutan Vertikal dan Insentif Karbon Jadi Solusi
Menjelang ulang tahun Jakarta yang ke-498, perhatian terhadap ruang hijau kota menjadi semakin krusial. Dengan luas hutan kota yang hanya mencakup sebagian kecil dari total wilayahnya, muncul kebutuhan mendesak untuk inovasi dan tindakan nyata dalam meningkatkan kualitas lingkungan. Seorang ilmuwan senior dari CIFOR-ICRAF sekaligus Guru Besar IPB University, Herry Purnomo, menekankan pentingnya peran serta masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya penghijauan.
"Kita harus memperbanyak hutan di taman kota dan lingkungan pemukiman. Di era perubahan iklim ini, pemilihan jenis pohon yang kuat dan tahan terhadap cuaca ekstrem sangatlah penting," ujar Herry, menyoroti pentingnya adaptasi terhadap tantangan lingkungan yang ada.
Dalam menghadapi keterbatasan lahan di Jakarta, konsep hutan vertikal menjadi solusi menarik. Penanaman tanaman di gedung perkantoran dan apartemen dapat secara signifikan memperluas ruang hijau kota. Herry menjelaskan bahwa dengan mengintegrasikan vegetasi ke dalam struktur bangunan, Jakarta dapat memaksimalkan potensi penghijauan tanpa harus bergantung pada lahan terbuka yang terbatas.
Selain itu, Herry mengusulkan implementasi program Net Zero Emission yang melibatkan partisipasi aktif warga Jakarta. Dengan setiap individu berkontribusi dalam menanam dan merawat pohon, kota ini dapat mengurangi jejak karbonnya secara signifikan. Ia juga menyarankan skema insentif karbon, di mana warga yang tidak dapat menanam pohon secara langsung dapat berkontribusi melalui pembayaran yang dialokasikan untuk program penghijauan.
- Net Zero Emission: Program yang mendorong setiap warga Jakarta untuk berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon.
- Insentif Karbon: Skema di mana warga yang tidak dapat menanam pohon secara langsung dapat berkontribusi melalui pembayaran.
Lebih lanjut, Herry menekankan pentingnya menjaga dan memperluas ekosistem mangrove di sepanjang garis pantai Jakarta. Meskipun pembangunan tanggul laut raksasa dapat membantu menahan limpasan air laut, solusi berbasis alam seperti mangrove tetap sangat diperlukan untuk melindungi wilayah pesisir dari abrasi.
"Tanggul laut saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah. Mangrove harus dipertahankan dan diperluas, karena mereka juga merupakan habitat penting bagi ikan," jelas Herry. Ia menambahkan bahwa luas mangrove di Jakarta saat ini masih jauh dari ideal, dan perlu ditingkatkan secara signifikan untuk mencapai perlindungan lingkungan yang optimal.
Dengan kombinasi inovasi seperti hutan vertikal, partisipasi aktif warga melalui program Net Zero Emission, dan perlindungan ekosistem mangrove, Jakarta dapat mengambil langkah maju yang signifikan menuju kota yang lebih hijau, berkelanjutan, dan layak huni bagi generasi mendatang.