Gudang Garam Terhuyung: Harga Saham Anjlok di Tengah Tekanan Industri Rokok

Industri rokok di Indonesia tengah menghadapi tantangan berat, dan dampaknya sangat terasa bagi para pemain besar seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Persaingan yang semakin ketat, beban cukai yang terus meningkat, dan perubahan preferensi konsumen telah menekan kinerja keuangan perusahaan rokok terkemuka ini.

Salah satu indikator paling mencolok dari tekanan ini adalah penurunan signifikan pada harga saham GGRM. Dalam setahun terakhir, harga saham perusahaan telah merosot tajam, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek bisnis Gudang Garam. Kondisi ini diperparah dengan keputusan perusahaan untuk mengurangi pembelian tembakau dari petani di sejumlah daerah, termasuk Temanggung yang merupakan salah satu sentra penghasil tembakau utama di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap penurunan penjualan rokok secara keseluruhan.

Penurunan Harga Saham yang Drastis

Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan penurunan yang mencolok pada harga saham Gudang Garam. Pada tanggal 27 Juni 2024, harga saham GGRM tercatat sebesar Rp 18.550 per lembar. Namun, pada 20 Juni 2025, harga saham tersebut telah merosot menjadi Rp 9.100 per lembar. Penurunan ini mencerminkan hilangnya lebih dari separuh nilai saham perusahaan dalam kurun waktu satu tahun. Bahkan, pada 8 April 2025, harga saham Gudang Garam sempat menyentuh titik terendahnya di angka Rp 8.675.

Penurunan ini sangat kontras dengan kondisi beberapa tahun sebelumnya, ketika industri rokok masih mengalami masa kejayaan. Pada awal tahun 2019, harga saham GGRM diperdagangkan di kisaran Rp 90.000 per lembar, menjadikannya salah satu saham dengan harga tertinggi di BEI saat itu. Kondisi saat ini menunjukkan perubahan signifikan dalam lanskap industri rokok dan persepsi investor terhadap prospek perusahaan.

Kinerja Keuangan yang Merosot

Penurunan harga saham sejalan dengan kinerja keuangan Gudang Garam yang mengalami penurunan. Laba bersih perusahaan pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp 980,8 miliar, anjlok 81,57 persen dibandingkan dengan tahun 2023 yang mencapai Rp 5,32 triliun. Pendapatan perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 17,06 persen, dari Rp 118,95 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp 98,65 triliun pada tahun 2024.

Berikut rincian pendapatan Gudang Garam berdasarkan segmen:

  • Sigaret Kretek Mesin: Rp 86,62 triliun
  • Sigaret Kretek Tangan: Rp 9,36 triliun
  • Rokok Klobot: Rp 9,95 miliar
  • Kertas Karton: Rp 876,14 miliar
  • Konstruksi: Rp 1,57 triliun
  • Lainnya: Rp 211,63 miliar

Total aset perusahaan juga mengalami penurunan, dari Rp 92,45 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp 84,93 triliun pada tahun 2024. Meskipun total liabilitas perusahaan juga menurun, penurunan laba dan pendapatan tetap menjadi perhatian utama bagi investor.

Penurunan kinerja Gudang Garam ini menggarisbawahi tantangan yang dihadapi oleh industri rokok secara keseluruhan. Perusahaan perlu beradaptasi dengan perubahan preferensi konsumen, persaingan yang semakin ketat, dan regulasi yang semakin ketat untuk mempertahankan posisinya di pasar.