Waspada Virus Hanta: Sebaran, Penularan, dan Pencegahan di Indonesia
Masyarakat Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap virus Hanta, penyakit zoonosis yang disebarkan oleh hewan pengerat. Meskipun delapan kasus yang terdeteksi di empat provinsi telah dinyatakan sembuh, potensi penyebaran dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat memerlukan perhatian serius.
Virus Hanta, yang disebabkan oleh virus dari genus Orthohantavirus, dapat menyebabkan dua sindrom utama pada manusia: Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) dan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS). HFRS umum ditemukan di Eropa dan Asia, termasuk Indonesia, sementara HPS terbatas di Benua Amerika. Tingkat kematian akibat infeksi virus Hanta bervariasi, dengan HFRS memiliki angka kematian 5-15 persen dan HPS mencapai 60 persen.
Gejala Infeksi Virus Hanta
Gejala awal infeksi virus Hanta biasanya muncul sekitar dua minggu setelah terpapar dan dapat meliputi:
- Demam mendadak
- Sakit kepala
- Nyeri otot
Beberapa pasien juga dapat mengalami sakit perut, diare, atau muntah. Pada kasus HPS, pasien akan mengembangkan batuk dan sesak napas yang dapat berkembang menjadi parah dalam hitungan jam akibat penumpukan cairan di paru-paru dan penurunan tekanan darah.
Pada HFRS, gejala dapat bervariasi dari ringan hingga parah. Gejala ringan meliputi demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, dan mual. Kasus yang parah dapat menyebabkan tekanan darah sangat rendah (syok), produksi urine berhenti (anuria), urine atau tinja berdarah, memar pada kulit, dan gagal ginjal.
Penularan Virus Hanta
Penularan virus Hanta terjadi melalui kontak langsung dengan hewan pengerat pembawa virus, terutama melalui ekskresi (saliva, urin, feses) yang mengenai kulit yang luka atau membran mukosa pada mata, mulut, dan hidung. Selain itu, menghirup atau menelan debu atau partikel halus yang terkontaminasi virus Hanta juga dapat menyebabkan infeksi. Hingga saat ini, belum ada laporan penularan virus Hanta antarmanusia.
Di Indonesia, beberapa jenis tikus telah terkonfirmasi sebagai reservoir virus Hanta, termasuk:
- Rattus norvegicus (tikus got)
- R. tanezumi (tikus rumah)
- R. tiomanicus (tikus belukar)
- R. exulans (tikus ladang)
- R. argentiventer (tikus sawah)
- Mus musculus (mencit rumah)
- Bandicota indica (tikus wirok)
- Maxomys surifer.
Keberadaan virus Hanta pada reservoir ini telah dilaporkan di berbagai wilayah dan habitat di Indonesia, termasuk lingkungan rumah, sawah, ladang, dan hutan.
Pencegahan Infeksi Virus Hanta
Langkah-langkah pencegahan utama meliputi:
- Menghindari kontak dekat dengan hewan pengerat.
- Mengendalikan populasi hewan pengerat di lingkungan rumah.
- Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
- Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat membersihkan area yang mungkin terkontaminasi.
- Membersihkan kotoran tikus dengan disinfektan.
- Tidak menyentuh hewan pengerat secara langsung.
- Melakukan pengelolaan sampah yang benar.
- Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir.
Mengingat keberadaan virus Hanta di berbagai wilayah dan habitat di Indonesia, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap penyakit ini. Penerapan langkah-langkah pencegahan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko penularan dan penyebaran virus Hanta.