Perlambatan Permintaan Domestik: Sektor Kendaraan Bermotor dan Semen Terdampak
Perlambatan Permintaan Domestik: Sektor Kendaraan Bermotor dan Semen Terdampak
Meskipun inflasi Januari 2025 tercatat relatif rendah, sebesar 0,76% (inflasi inti 2,26%), menunjukkan indikator permintaan domestik yang awalnya tampak positif, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, memberikan catatan penting terkait perlambatan di beberapa sektor kunci ekonomi Indonesia. Dalam paparan hasil Rapat Dengar Pendapat (RDP) secara virtual pada Selasa (4/3/2025), Mahendra menyoroti penurunan penjualan pada beberapa sektor strategis yang patut diwaspadai.
Salah satu sektor yang mengalami penurunan signifikan adalah penjualan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Penurunan ini mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat di segmen tersebut. Kondisi serupa juga terlihat pada sektor konstruksi, yang ditandai dengan penurunan penjualan semen. Penurunan ini bisa menjadi indikator perlambatan pembangunan infrastruktur dan properti secara keseluruhan. Selain itu, perlambatan pertumbuhan harga dan penurunan volume penjualan rumah juga menunjukkan tren yang sama. Kombinasi dari faktor-faktor ini memberikan gambaran yang lebih kompleks mengenai kondisi ekonomi domestik, di luar angka inflasi yang tergolong rendah.
Mahendra menekankan perlunya perhatian khusus terhadap indikator-indikator ini. Meskipun indikator makro ekonomi seperti inflasi menunjukkan kinerja yang terkendali, penurunan permintaan domestik pada sektor-sektor strategis tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja. Hal ini membutuhkan analisis yang lebih mendalam untuk memahami penyebab utama penurunan dan dampak jangka panjangnya terhadap perekonomian nasional. Pemerintah dan para pemangku kepentingan perlu merumuskan strategi tepat untuk mengantisipasi potensi dampak negatif yang lebih luas.
Di sisi lain, Mahendra juga menyoroti kinerja eksternal Indonesia yang tetap solid. Surplus neraca perdagangan pada Januari 2025 mencapai US$ 3,45 miliar, meningkat 71% year on year. Kinerja ekspor yang positif ini memberikan penyangga terhadap perlambatan ekonomi global. Indeks PMI Manufaktur Indonesia pada Januari 2025 juga menunjukkan peningkatan menjadi 51,9%, naik dari angka sebelumnya 51,2%. Kenaikan ini menunjukkan ekspansi sektor manufaktur dan kontribusinya terhadap perekonomian nasional. Namun demikian, kekuatan sektor ekspor belum tentu dapat sepenuhnya mengimbangi pelemahan permintaan domestik yang terjadi. Penting bagi pemerintah untuk tetap fokus pada strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dan memastikan stabilitas perekonomian secara keseluruhan.
Kesimpulannya, meski angka inflasi menunjukkan kondisi ekonomi yang stabil, penurunan penjualan kendaraan bermotor, semen, dan properti menunjukkan adanya perlambatan permintaan domestik yang perlu diantisipasi. Pemerintah perlu melakukan pemantauan secara ketat dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Penting juga untuk melakukan kajian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penurunan permintaan di sektor-sektor tersebut dan merumuskan kebijakan yang tepat sasaran.