Jawa Timur Bersiap Menyambut Transisi Musim: Intensitas Hujan Diprediksi Menurun

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa wilayah Jawa Timur akan mengalami penurunan intensitas hujan menjelang akhir Juni. Perubahan ini menandai peralihan bertahap menuju musim kemarau di beberapa bagian wilayah tersebut. Informasi ini menjadi penting bagi berbagai sektor, termasuk pertanian dan pengelolaan sumber daya air.

Sebelumnya, BMKG telah memprediksi adanya penundaan musim kemarau tahun 2025, dengan durasi yang lebih pendek dari biasanya. Hingga awal Juni 2025, baru 19 zona musim (ZOM) di seluruh Indonesia yang telah memasuki periode kemarau. Pergeseran pola musim ini memerlukan kewaspadaan dan adaptasi dari masyarakat serta pemerintah daerah.

Andre Wijaya, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Kelas I Juanda, menjelaskan bahwa meskipun intensitas hujan secara umum menurun di Jawa Timur pada akhir Juni, beberapa wilayah masih berpotensi mengalami hujan lokal dengan intensitas ringan hingga sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa cuaca ekstrem masih mungkin terjadi, dan masyarakat diimbau untuk tetap waspada.

Surabaya dan sekitarnya saat ini berada dalam masa transisi menuju musim kemarau. BMKG Juanda akan terus menyebarluaskan informasi peringatan dini cuaca untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem. Keterlambatan musim kemarau dapat berdampak pada kalender tanam, sehingga informasi cuaca terkini menjadi krusial bagi para petani dan pelaku sektor pertanian.

BMKG mengimbau masyarakat dan pihak terkait untuk selalu memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG. Selain itu, masyarakat diimbau untuk menjaga kesehatan mengingat pola cuaca yang tidak menentu dan menghemat penggunaan air bersih sebagai langkah antisipasi memasuki musim kemarau.

Berikut adalah beberapa langkah antisipasi yang dapat dilakukan:

  • Memantau Informasi Cuaca: Akses informasi cuaca terkini secara berkala melalui sumber resmi BMKG.
  • Menjaga Kesehatan: Perhatikan kondisi kesehatan, terutama dalam menghadapi perubahan cuaca yang ekstrem.
  • Menghemat Air Bersih: Gunakan air bersih secara bijak untuk menghadapi potensi kekurangan air di musim kemarau.
  • Adaptasi Pertanian: Petani perlu menyesuaikan praktik pertanian dengan mempertimbangkan perubahan pola musim.

Dengan persiapan dan kewaspadaan yang tepat, masyarakat Jawa Timur dapat menghadapi transisi musim ini dengan lebih baik.