Wakapolda Riau Sentil Kerusakan Hutan Lewat Pembacaan Puisi Abdul Somad

Kepolisian Daerah (Polda) Riau mengambil pendekatan unik dalam menyuarakan keprihatinan terhadap kondisi hutan di wilayahnya. Melalui seni, khususnya pembacaan puisi, mereka berupaya menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam.

Momentum ini terjadi di Rumah Singgah Tuan Kadi, Pekanbaru, pada Sabtu (21/6/2025) malam, saat Wakapolda Riau, Brigjen Jossy Kusumo, membacakan puisi berjudul 'Ketika Jossy Menyendiri'. Puisi tersebut adalah karya dari Ustadz Abdul Somad (UAS), seorang tokoh agama yang dikenal luas.

Acara tersebut dihadiri oleh Kapolda Riau, Irjen Herry Heryawan, yang mengenakan kaos bertuliskan 'Tesso Nilo Rumahku' dengan gambar gajah. Hal ini menjadi simbol dukungan terhadap upaya penyelamatan kawasan hutan di Taman Nasional Tesso Nilo, yang menghadapi ancaman perambahan.

Puisi 'Ketika Jossy Menyendiri' secara lugas menggambarkan dampak kerusakan hutan di Riau. Bait-baitnya menyoroti kelangkaan kayu-kayu lokal dan hilangnya nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Lebih jauh, puisi itu menggambarkan penderitaan satwa liar yang kehilangan habitatnya akibat penebangan hutan yang tak terkendali. Suara burung-burung pun seolah lenyap seiring dengan musnahnya pepohonan.

Berikut adalah petikan puisi 'Ketika Jossy Menyendiri' karya Ustaz Abdul Somad yang dibacakan oleh Wakapolda Riau Brigjen Jossy Kusumo:

Ketika Jossy Menyendiri Oleh: Ustaz Abdul Somad

Bersandar di Riau Indah berkilau Cantik bedelau Hutannya kacau Penuh ranjau dalam lanyau Aku mengigau Dengan suara parau

Ketika Kulim menjadi minim Ketika Jati menjadi komoditi Ketika Tualang menjadi malang Ketika Tembesi menjadi basa basi Ketika Sungkai menjadi terkulai Ketika kayu menjadi layu Ketika Meranti menjadi peti mati

Ketika Serindit menjerit Ketika Elang mengerang Ketika Puyuh mengeluh Ketika Tiung meraung Ketika Kuaw meracau Ketika Rajawali terikat tali Ketika Garuda tersandra

Ketika Gajah marah Ketika Harimau dipukau Ketika Ular tak lagi menjalar Ketika Buaya hanya menganga Ketika Lebah kehilangan arah Ketika Kancil terkucil Ketika ayam hutan jadi mainan

Ke mana mesti mengadu? Ke Batu? Ke Kabu-Kabu? Ke langit biru? Ke Ibu? Ke Tuan Guru? Ya Allah bimbing aku

Kata Allah, "Tentukan arah" Pohon dimohon kayu dirayu Merangkul tidak memukul Mengajak tidak mengejek Berkayuh ke tempat jauh Bergerak tanpa diarak Bismillah kaki melangkah

Apa tanda Melayu taat, menjaga hutan ke akhir hayat. Apa tanda Melayu berbakti, pohon ditanam dari hati. Apa tanda Melayu setia, Riau hijau semua bahagia. Apa tanda Melayu lagak, hukum mesti selalu tegak. Apa tanda Melayu maju, berbuat baik cepat dan laju. Apa tanda Melayu jaya, berbuat baik merata-rata. Apa tanda Melayu berkah, mengawal tuah menjaga marwah.

Ilahi Kepada-Mu hamba berserah diri Dosa lalu mesti berhenti Akan datang rahmat-Mu dinanti Ridhoi hamba sampai mati Akhir masa denyut berhenti Kembali pada-Mu Rabbul-'Izzati

UAS menutup puisinya dengan pesan ajakan untuk menjaga hutan dan menaruh harapan pada keadilan. Pembacaan puisi oleh Wakapolda Riau ini berhasil memukau para hadirin yang hadir di Rumah Singgah Tuan Kadi.