Dari Pesantren hingga Ubud Art Gallery: Kisah Sukses Khoriji, Maestro Kaligrafi Jember
Dari Pesantren hingga Ubud Art Gallery: Kisah Sukses Khoriji, Maestro Kaligrafi Jember
Di jantung kota Jember, Jawa Timur, tepatnya di Ubud Art Gallery, Kelurahan Keranjingan, Kecamatan Sumbersari, karya-karya seni kaligrafi Khoriji (45) terpampang anggun. Lukisan-lukisan tersebut bukan sekadar hasil goresan kuas, melainkan cerminan perjalanan panjang seorang seniman yang sukses merintis bisnis dari nol hingga memiliki tiga cabang galeri; dua di Jember dan satu di Pamekasan. Khoriji, pria kelahiran Madura ini, telah membuktikan bahwa perpaduan bakat seni dan jiwa wirausaha mampu menciptakan kesuksesan yang gemilang.
Perjalanan Khoriji bermula dari bangku pesantren di Pondok Pesantren Temporan, Kecamatan Tempurejo, pada tahun 1995. Di sanalah ia pertama kali menapaki dunia kaligrafi melalui pelatihan seni. Minatnya semakin terasah hingga pada tahun 1997, ia mulai mengembangkan kemampuannya lebih jauh di bidang seni rupa, bahkan sempat berguru pada seniman ternama asal Banyuwangi, Sarwo Prasojo. Setelah mengasah keahliannya, ia membuka galeri sederhana di pondok pesantren, sebuah langkah awal yang penuh tantangan. Namun, galeri kecil tersebut hanya bertahan hingga tahun 2005. Tak patah arang, Khoriji kemudian merantau ke Bali selama tiga tahun, mencari nafkah dan sekaligus mempelajari seluk-beluk bisnis seni lukis. Pengalaman di Bali menjadi titik balik dalam perjalanan karirnya; ia berhasil membangun pasar sendiri dan memperoleh pengalaman berharga yang akan menjadi bekal di masa depan.
Kepulangannya ke Jember ditandai dengan pendirian Ubud Art Gallery. Nama tersebut terinspirasi dari Ubud, Bali, yang bagi Khoriji memiliki makna spiritual yang mendalam. Perjalanan awal sebagai pengusaha penuh liku. Khoriji menghadapi kesulitan permodalan, namun dengan tekad yang kuat, ia berhasil mendapatkan pinjaman Rp 5 juta dari seorang teman. Dengan modal terbatas tersebut, ia menyewa lahan sempit berukuran 3x3 meter dan memulai usahanya dengan peralatan seadanya. Di tengah cibiran yang meragukan prospek bisnis seni lukis, Khoriji tetap teguh pada pendiriannya, membuktikan bahwa kesuksesan tak pernah instan dan membutuhkan ketekunan luar biasa. Ia yakin akan bakatnya yang merupakan perpaduan bakat seni dari sang ayah dan jiwa bisnis dari sang ibu.
Berkat kegigihan dan kualitas karyanya, Ubud Art Gallery terus berkembang. Khoriji bahkan mampu memperluas usahanya dengan menyewa tempat yang lebih besar dan mengembangkan lini bisnis lain, seperti pembuatan pigura. Ketahanan bisnisnya juga teruji selama pandemi Covid-19, dimana penjualan justru meningkat. Namun, seperti roda yang berputar, penjualan sempat menurun pada masa kampanye politik tahun 2024. Saat ini, penjualan kembali meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan dekorasi rumah. Khususnya di bulan Ramadhan, peningkatan penjualan mencapai 30 persen. Harga karya lukisnya pun beragam, mulai dari Rp 300.000 hingga puluhan juta rupiah. Khoriji menerima pesanan langsung, maupun hanya konsep, yang kemudian ia wujudkan menjadi karya seni yang indah.
Keberhasilan Khoriji tidak terlepas dari perpaduan bakat seni dan kemampuan berbisnis yang mumpuni. Ia menekankan pentingnya kemauan yang kuat dan doa sebagai kunci kesuksesan. Kisah Khoriji menjadi inspirasi bagi siapa pun yang ingin mengejar mimpi, membuktikan bahwa dengan tekad yang bulat dan kerja keras, kesuksesan dapat diraih, sekalipun dihadapkan pada berbagai rintangan dan tantangan. Dari sebuah galeri kecil di pesantren hingga memiliki tiga cabang Ubud Art Gallery, Khoriji telah menorehkan prestasi yang membanggakan, menjadi bukti nyata bahwa seni dan bisnis dapat berjalan beriringan menuju kesuksesan yang gemilang.