Dugaan Oplosan Pertamax Guncang Penjualan: SPBU Gunungkidul Berinovasi Jamin Kualitas

Dugaan Oplosan Pertamax Guncang Penjualan: SPBU Gunungkidul Berinovasi Jamin Kualitas

Tuduhan korupsi Pertamina yang melibatkan pencampuran Pertalite ke dalam Pertamax telah menimbulkan gelombang ketidakpercayaan di kalangan konsumen. Dampaknya terasa nyata di salah satu SPBU di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mengalami penurunan penjualan Pertamax hingga 25 persen. Untuk meredam kekhawatiran publik dan mengembalikan kepercayaan konsumen, pengelola SPBU Baleharjo, Wonosari, telah mengambil langkah inovatif dengan menyediakan sampel bahan bakar Pertamax dalam botol bening.

"Informasi mengenai pencampuran bahan bakar itu tidak benar," tegas Budiyono, Pengawas SPBU Baleharjo, saat dikonfirmasi pada Selasa (4/3/2025). Ia menjelaskan bahwa setiap pengiriman BBM dari depo ke SPBU melalui proses pengecekan ketat, dan pemeriksaan kembali dilakukan oleh petugas SPBU sebelum bahan bakar tersebut didistribusikan ke konsumen. Meskipun penurunan penjualan signifikan terjadi saat isu dugaan korupsi mencuat, Budiyono menuturkan bahwa situasi kini mulai membaik, meskipun belum pulih sepenuhnya. Strategi penyediaan sampel bahan bakar dalam botol bening bertujuan untuk menunjukkan secara visual perbedaan warna antara Pertamax (biru keunguan) dan Pertalite (hijau terang), sehingga konsumen dapat langsung melihat dan membandingkan kualitasnya.

"Kita berikan sampel kepada konsumen yang ragu, biar mereka lihat sendiri perbedaannya," jelas Budiyono. Inisiatif ini sebagai respon langsung terhadap keresahan masyarakat yang mulai beralih ke Pertalite karena khawatir akan kualitas Pertamax. Hal ini diperkuat oleh kesaksian beberapa warga Wonosari, seperti Pandu yang mengaku sementara beralih ke Pertalite karena keraguan tersebut, dan Gunawan dari Patuk yang menyatakan akan kembali menggunakan Pertamax setelah merasa yakin akan kualitasnya.

Penurunan penjualan Pertamax yang signifikan tersebut tak hanya berdampak pada SPBU, namun juga menjadi cerminan dari ketidakpercayaan publik terhadap klaim kualitas produk. Langkah SPBU Baleharjo yang proaktif dalam memberikan bukti visual melalui sampel bahan bakar ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi SPBU lainnya untuk meningkatkan transparansi dan membangun kembali kepercayaan konsumen. Kejadian ini juga menjadi pengingat penting bagi Pertamina untuk memperkuat pengawasan distribusi dan memastikan kualitas produk tetap terjaga guna menghindari kejadian serupa di masa mendatang. Respons cepat dan transparansi dari SPBU Baleharjo menjadi kunci untuk mengatasi krisis kepercayaan ini, dan langkah-langkah yang lebih sistematis dibutuhkan dari pihak Pertamina untuk mengatasi akar permasalahan yang telah menimbulkan keresahan di masyarakat.

Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Penurunan penjualan Pertamax mencapai 25 persen akibat isu dugaan oplosan.
  • SPBU Baleharjo menyediakan sampel Pertamax dalam botol bening untuk meyakinkan konsumen.
  • Perbedaan warna Pertamax dan Pertalite menjadi bukti visual perbedaan produk.
  • Konsumen mengaku ragu dan beralih sementara ke Pertalite.
  • Pertamina perlu meningkatkan pengawasan distribusi dan kualitas produk.
  • Transparansi dan respon cepat SPBU dalam mengatasi isu menjadi kunci pemulihan kepercayaan.