Pandangan Netral Jepang terhadap Islam: Sebuah Fenomena yang Memerlukan Pemeliharaan Citra Positif

Pandangan Netral Jepang terhadap Islam: Sebuah Fenomena yang Memerlukan Pemeliharaan Citra Positif

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa persepsi masyarakat Jepang terhadap Islam cenderung netral, bukan positif maupun negatif. Temuan ini disampaikan oleh Firman Budianto, peneliti Ahli Muda di Pusat Riset Kewilayahan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyusul partisipasinya dalam acara Japanscope bertajuk "The Dynamic of Religions in Japan" di Jakarta pada 8 Maret 2025. Netralitas ini, menurut Budianto, berasal dari minimnya informasi dan pemahaman yang komprehensif mengenai agama Islam di Jepang.

"Kondisi netral ini, yang lebih tepatnya dapat diartikan sebagai kurangnya pengetahuan, berbeda dengan persepsi yang telah terbentuk di negara-negara lain terhadap Islam," jelas Budianto dalam wawancara eksklusif dengan Ohayo Jepang. Ia menekankan pentingnya mempertahankan netralitas ini, sebelum persepsi yang signifikan, baik positif maupun negatif, terbentuk. Hal ini, menurutnya, merupakan kesempatan emas untuk membangun citra positif Islam di Jepang.

Budianto juga menyoroti pentingnya peran aktif umat Muslim di Jepang, khususnya warga negara Indonesia (WNI), dalam menjaga dan membangun citra positif Islam. Ia mendorong refleksi diri yang mendalam bagi setiap individu Muslim yang tinggal di luar negeri. Interaksi antarpribadi, menurutnya, merupakan faktor kunci dalam pembentukan persepsi awal masyarakat Jepang terhadap Islam. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk menjadi representasi yang baik dari ajaran Islam.

"Refleksi diri memungkinkan setiap Muslim untuk menampilkan diri sebagai representasi yang lebih baik dari ajaran Islam, sekaligus menjadi jembatan untuk memperkenalkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat Jepang," tambah Budianto. Pentingnya refleksi diri ini semakin krusial mengingat pertumbuhan pesat jumlah WNI di Jepang, yang mayoritas beragama Islam. Data KBRI Tokyo menunjukkan peningkatan signifikan jumlah WNI di Jepang dari 32.920 pada tahun 2012 menjadi sekitar 173.000 pada Juni 2024 – sebuah peningkatan lebih dari 400 persen.

Pertumbuhan jumlah penduduk Muslim ini membuka peluang besar untuk memperkenalkan Islam dengan lebih baik kepada masyarakat Jepang. Namun, tantangannya terletak pada bagaimana komunitas Muslim dapat memanfaatkan momentum ini untuk membentuk persepsi positif melalui tindakan nyata dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Islam yang damai dan toleran. Oleh karena itu, peran aktif, refleksi diri, dan pemahaman konteks budaya Jepang menjadi kunci keberhasilan dalam membentuk persepsi positif Islam di negara tersebut.

Ke depannya, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memantau perkembangan persepsi masyarakat Jepang terhadap Islam dan untuk mengembangkan strategi komunikasi yang efektif dalam memperkenalkan Islam dengan lebih baik. Kerjasama antara pemerintah, komunitas Muslim, dan lembaga-lembaga terkait di Jepang menjadi sangat penting dalam upaya ini. Upaya ini tidak hanya terbatas pada upaya-upaya penyebaran informasi, tetapi juga mencakup upaya-upaya untuk membangun jembatan dialog antar budaya dan agama.