Tujuh Tenaga Medis Terdakwa Kelalaian Medis dalam Kematian Diego Maradona

Tujuh Tenaga Medis Terdakwa Kelalaian Medis dalam Kematian Diego Maradona

Kematian legenda sepak bola Argentina, Diego Armando Maradona, pada November 2020, kembali menjadi sorotan setelah tujuh anggota tim medisnya didakwa atas dugaan kelalaian yang menyebabkan kematian. Persidangan yang tengah berlangsung di Buenos Aires ini menyoroti dugaan kegagalan tim medis dalam memberikan perawatan yang memadai kepada Maradona, sehingga berujung pada tragedi yang mengejutkan dunia sepak bola.

Maradona, yang wafat pada usia 60 tahun akibat serangan jantung di kediamannya, sebelumnya menjalani perawatan di rumah sakit karena masalah kesehatan. Setelah menjalani operasi untuk mengatasi hematoma subdural—pendarahan di dekat otak yang seringkali diakibatkan benturan keras di kepala—Maradona seharusnya menjalani perawatan intensif pasca operasi. Namun, menurut jaksa penuntut, tim medis diduga lalai dalam memberikan perawatan yang tepat dan memadai, sehingga mengakibatkan kondisi Maradona memburuk hingga akhirnya meninggal dunia. Jaksa Patricio Ferrari, dalam pernyataannya di pengadilan, menekankan hak Maradona, keluarganya, dan rakyat Argentina untuk mendapatkan keadilan atas tragedi ini.

Tujuh terdakwa, yang terdiri dari seorang ahli bedah saraf, psikiater, psikolog, koordinator medis, koordinator keperawatan, dokter, dan perawat malam, sekarang menghadapi ancaman hukuman penjara hingga 25 tahun. Mereka membela diri dengan mengatakan bahwa Maradona menolak perawatan lebih lanjut dan seharusnya tetap dirawat di rumah sakit lebih lama setelah operasi. Namun, jaksa menganggap hal tersebut sebagai pembenaran yang tidak cukup, mengingat kondisi kritis Maradona dan kewajiban tim medis untuk memberikan perawatan terbaik, terlepas dari keinginan pasien. Penyelidikan kasus ini telah mengategorikan kematian Maradona sebagai pembunuhan berencana, yang secara hukum mirip dengan pembunuhan tidak disengaja karena dinilai ada kelalaian yang mengakibatkan kematian.

Persidangan ini, yang diperkirakan akan berlangsung hingga Juli mendatang, melibatkan sekitar 100 saksi yang akan memberikan kesaksian. Proses hukum ini diharapkan dapat mengungkap seluruh fakta dan menentukan tingkat kesalahan dari masing-masing terdakwa. Kasus ini tidak hanya menyoroti sisi gelap dari dunia sepak bola yang glamor, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya standar perawatan medis yang tinggi dan akuntabilitas para profesional kesehatan dalam menangani kasus-kasus yang berisiko tinggi. Hasil dari persidangan ini akan memberikan konsekuensi hukum bagi para terdakwa dan berpotensi menciptakan preseden hukum untuk kasus-kasus kelalaian medis serupa di masa mendatang.

  • Para terdakwa:
    • Ahli bedah saraf
    • Psikiater
    • Psikolog
    • Koordinator medis
    • Koordinator keperawatan
    • Dokter
    • Perawat malam

Kasus ini juga menyoroti kebutuhan akan peningkatan pengawasan dan regulasi dalam praktik medis, khususnya dalam penanganan kasus pasien dengan kondisi medis yang kompleks dan berisiko tinggi seperti yang dialami Maradona. Kejadian ini menjadi pengingat pahit bahwa bahkan tokoh-tokoh besar pun rentan terhadap kelalaian medis dan pentingnya akses terhadap perawatan kesehatan yang berkualitas tinggi dan bertanggung jawab.