Mantan Vokalis Seventeen, Riefian Fajarsyah, Ditunjuk Sebagai Direktur Utama PFN
Mantan Vokalis Seventeen, Riefian Fajarsyah, Pimpin PFN: Transisi Karier dari Panggung Musik ke Kursi Direksi
Penunjukan Riefian Fajarsyah, atau yang lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen, sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (Persero) atau PFN, telah mengejutkan publik. Langkah Kementerian BUMN ini memicu diskusi luas, mengingat popularitas Ifan lebih dikenal luas sebagai musisi kawakan daripada sebagai seorang pelaku perfilman. Kariernya yang panjang dan beragam, merentang dari dunia musik hingga kancah politik, menjadi sorotan utama dalam penunjukan mengejutkan ini. Lantas, apa yang melatarbelakangi pilihan tersebut dan bagaimana perjalanan karier Ifan hingga mencapai posisi strategis di BUMN tersebut?
Dari Panggung Musik Hingga Kursi Direksi
Perjalanan karier Ifan dimulai sejak masa sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Pontianak (1998-2001). Keikutsertaannya dalam berbagai kompetisi menyanyi, termasuk meraih prestasi juara festival vokal terbaik antarpelajar pada tahun 2001, menandai awal perjalanannya di dunia musik. Setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadah Mada (UGM) pada tahun 2005, bakatnya semakin terasah. Pada tahun 2008, Ifan bergabung dengan band Seventeen, sebuah grup musik asal Yogyakarta yang telah berdiri sejak 1999. Setelah melewati audisi, ia resmi menjadi vokalis, menggantikan posisi Doni. Bersama Seventeen, Ifan menghasilkan sejumlah album yang populer, antara lain Lelaki Hebat (2008), Dunia Yang Indah (2011), Sang Juara (2013), dan Pantang Mundur (2016). Puncak popularitas Seventeen sayangnya terhenti oleh tragedi tsunami Tanjung Lesung pada Desember 2018 yang merenggut nyawa beberapa personel band tersebut. Ifan, sebagai satu-satunya yang selamat, terus melanjutkan perjalanan musiknya dengan nama Seventeen, seraya mendukung keluarga personel yang telah meninggal.
Namun, pada November 2020, Ifan mengumumkan keputusannya untuk keluar dari Seventeen dan memulai karier solo. Alasannya antara lain karena adanya pihak yang merasa dirugikan dengan penggunaan nama band Seventeen. Keputusan tersebut tidak menghentikan kreativitasnya. Ia mengarahkan energinya untuk memproduksi film dokumenter Kemarin (2020) tentang perjalanan band Seventeen, dan terus berkarya sebagai solois dengan merilis album Masih Harus Di Sini (2022) dan 17 (2023).
Jejak Politik dan Dukungan pada Prabowo Subianto
Selain berkiprah di dunia musik, Ifan juga pernah mencoba peruntungan di dunia politik. Ia mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Dapil DI Yogyakarta melalui Partai Gerindra pada Pemilu 2014, dan kemudian sebagai caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Kalimantan Barat I pada Pemilu 2019. Sayangnya, kedua upayanya tidak membuahkan hasil. Meskipun demikian, keterlibatan politiknya tampak dalam bentuk dukungan terbuka kepada Prabowo Subianto. Ia kerap mengunggah foto dan ungkapan dukungan di media sosial, bahkan berkolaborasi dengan ajudan Prabowo untuk menciptakan lagu perjuangan 'Pernah di Sana'. Pertemuan terakhirnya dengan Prabowo di awal tahun 2025 semakin memperkuat keterkaitan tersebut.
Dari Musisi ke Direktur Utama: Sebuah Tantangan Baru
Penunjukan Ifan sebagai Direktur Utama PFN merupakan babak baru dalam kariernya yang penuh dinamika. Perjalanan dari panggung musik hingga ke kursi direksi BUMN menjadi bukti keserbagunaannya. Tantangan yang dihadapi tentunya berbeda dengan tantangan di dunia hiburan. Publik kini menantikan bagaimana kemampuannya dalam memimpin perusahaan negara yang bergerak di bidang produksi film. Apakah pengalamannya di dunia musik dan keterlibatannya dalam proyek-proyek kreatif lainnya akan menjadi modal berharga dalam memimpin PFN?