Temuan Beras Berkutu di Gudang Bulog Yogyakarta: Wamentan Pastikan Stok Terbatas dan Tidak akan Didistribusikan ke Masyarakat

Temuan Beras Berkutu di Gudang Bulog Yogyakarta: Wamentan Pastikan Stok Terbatas dan Tidak akan Didistribusikan ke Masyarakat

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, telah menyatakan komitmennya untuk melakukan investigasi menyeluruh terhadap temuan beras berkutu di gudang Bulog Yogyakarta, menyusul laporan dari Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto. Temuan tersebut mengemuka setelah kunjungan kerja Komisi IV DPR ke gudang Bulog di Yogyakarta, yang mengungkapkan adanya stok beras impor tahun lalu yang telah terkontaminasi kutu dan dinilai tidak layak konsumsi manusia. Wamentan, yang juga menjabat sebagai Dewan Pengawas Bulog, menegaskan bahwa investigasi ini bertujuan untuk memastikan kualitas dan jumlah beras yang terdampak.

Penjelasan Wamentan Sudaryono menekankan bahwa jumlah beras berkutu diperkirakan tidak mencapai ratusan ribu ton. Beliau menjelaskan bahwa Bulog beroperasi sebagai penyeimbang stok pangan nasional, dengan mekanisme masuk dan keluarnya beras secara dinamis. Sistem ini dirancang untuk memastikan ketersediaan beras selama masa paceklik dan menstabilkan harga pasar. Proses pemasukan beras dalam jumlah besar selama panen raya, kemudian diikuti dengan pendistribusian bertahap saat stok menipis, menjadi inti dari strategi pengelolaan stok Bulog. Oleh karena itu, Wamentan meyakini jumlah beras yang terkontaminasi akan relatif kecil dibandingkan dengan total stok yang dikelola.

Lebih lanjut, Wamentan memberikan jaminan tegas bahwa beras berkutu tersebut tidak akan didistribusikan untuk konsumsi masyarakat. Pemerintah tengah mencari alternatif pemanfaatan beras tersebut, salah satunya adalah sebagai pakan ternak. Langkah ini diambil untuk mencegah potensi kerugian dan memastikan keamanan pangan bagi masyarakat. Proses investigasi yang sedang berlangsung akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai jumlah beras yang terdampak dan langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil pemerintah.

Sebelumnya, Titiek Soeharto dari Komisi IV DPR RI telah menyampaikan keprihatinan mengenai temuan beras berkutu tersebut dalam rapat kerja dengan Kementerian Pertanian. Beliau menekankan perlunya tindakan cepat dan tepat dari pemerintah untuk menangani masalah ini. Impor beras tahun lalu, yang mencapai 3,6 juta ton untuk memenuhi Cadangan Beras Pemerintah (CBP) 2024 dan carryover di awal tahun 2025, menjadi konteks penting dalam memahami situasi ini. Komisi IV DPR mendorong pemerintah untuk memastikan agar seluruh stok beras di gudang Bulog senantiasa terjaga kualitas dan keamanannya.

Wamentan Sudaryono, dalam pernyataan resminya, kembali menegaskan komitmen pemerintah untuk menjamin keamanan pangan nasional. Investigasi menyeluruh ini diharapkan dapat menghasilkan data yang akurat mengenai jumlah beras berkutu, dan selanjutnya akan diputuskan langkah terbaik untuk mengelola stok tersebut agar tidak merugikan negara dan masyarakat. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan stok beras menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik.