Memaknai Musibah: Hikmah, Istidraj, dan Kedekatan dengan Allah
Memaknai Musibah: Hikmah, Istidraj, dan Kedekatan dengan Allah
Seringkali, ujian hidup menimbulkan pertanyaan mendalam bagi umat muslim. Mengapa musibah menimpa orang yang taat beribadah, sementara orang lain yang tampak lalai justru menikmati kehidupan yang tampak sejahtera? Pertanyaan ini, yang kerap muncul di tengah-tengah kita, menuntut pemahaman yang lebih mendalam tentang takdir dan hikmah di balik setiap cobaan. Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, dalam ceramahnya di detikKultum, Rabu (12/3/2025), memberikan pencerahan mengenai hal ini. Beliau menekankan pentingnya perspektif yang tepat dalam menghadapi musibah, serta kewaspadaan terhadap kenikmatan yang mungkin justru menjadi jebakan.
Salah satu poin penting yang diutarakan adalah bahwa musibah bagi orang beriman, sesulit apa pun, bisa menjadi jalan penghapus dosa dan peningkatan spiritual. Hadits Rasulullah SAW menegaskan bahwa setiap musibah yang menimpa seorang mukmin akan memberikan manfaat, bahkan penyakit ringan sekalipun. Berikut beberapa hadits yang menjelaskan hal tersebut:
- "Tidaklah muncul suatu musibah yang menimpa seorang mukmin dan itu menyakitinya melainkan akan menghapuskan dosa-dosanya." (HR. Ahmad 4 no. 98)
- "Demam yang menimpa dalam sehari menghapus dosa selama setahun." (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shahih dari Ibnu Umar)
- "Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya." (HR Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)
Prof. Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa musibah bisa menjadi tanda kasih sayang Allah SWT, sebuah cara untuk membersihkan hamba-Nya dari dosa dan mendekatkannya kepada-Nya. Beliau mengingatkan agar kita tidak putus asa ketika diuji, karena sesungguhnya itu adalah bukti bahwa Allah SWT masih memberikan perhatian dan bimbingan. "Tanda cinta Allah kepada hamba-Nya adalah dengan mendatangkan musibah lebih awal di dunia agar mereka dimudahkan di akhirat," tegas Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
Namun, beliau juga mengingatkan akan bahaya istidraj, yaitu kenikmatan yang diberikan kepada orang yang terus bermaksiat tanpa mendapat hukuman. Hal ini merupakan jebakan yang perlu diwaspadai. Rasulullah SAW telah memperingatkan umatnya tentang tanda-tanda istidraj dalam sebuah hadits:
- "Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah." (HR Ahmad)
Oleh karena itu, penting untuk senantiasa bersyukur atas segala karunia Allah SWT, baik berupa nikmat maupun ujian. Kita perlu mengingat firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 216: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." Jangan sampai kita berprasangka buruk kepada Allah SWT ketika ditimpa musibah, karena bisa jadi, itu adalah jalan Allah SWT untuk mengangkat derajat dan mendekatkan kita kepada-Nya.
Dalam menghadapi musibah, kita dianjurkan untuk bersabar dan senantiasa mengingat Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam QS. Al-Baqarah: 156: "(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'un." Dengan kesabaran dan keimanan yang teguh, kita dapat melewati setiap ujian dan mendapatkan ridha Allah SWT serta keberkahan di dunia dan akhirat. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan hidup.