Nasib Pekerja Migran Banyumas di Peru: Jenazah Tertahan, Keluarga Minta Bantuan Repatriasi

Nasib Pekerja Migran Banyumas di Peru: Jenazah Tertahan, Keluarga Minta Bantuan Repatriasi

Tragedi menimpa keluarga Yetti Purwaningsih (52), seorang pekerja migran asal Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Yetti meninggal dunia di Lima, Peru, pada 22 Februari 2025, meninggalkan duka mendalam dan dilema bagi keluarganya yang kini berjuang untuk memulangkan jenazah almarhumah ke Tanah Air. Kendala utama yang dihadapi adalah biaya repatriasi yang mencapai angka fantastis, sehingga keluarga terpaksa mengadu ke Komisi IV DPRD Banyumas pada Rabu (12/3/2025) guna mencari jalan keluar.

Berdasarkan keterangan Mursito (47), adik almarhumah, biaya awal pemulangan jenazah Yetti mencapai Rp 248 juta. Setelah melalui negosiasi, biaya tersebut berhasil diturunkan menjadi Rp 206 juta. Namun, kendala keuangan tetap menjadi batu sandungan. Keluarga hanya memiliki dana sekitar Rp 50 juta dari uang saku almarhumah, sehingga masih terdapat kekurangan sebesar Rp 150 juta. Upaya pencarian bantuan telah dilakukan, termasuk konsultasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Peru dan Dinas Tenaga Kerja Banyumas. Sayangnya, karena Yetti tidak memiliki kontrak kerja resmi, KBRI kesulitan menuntut tanggung jawab dari perusahaan tempat almarhumah bekerja. Kondisi ini semakin mempersulit upaya repatriasi jenazah.

Upaya Pemerintah Daerah dan Saran Pemakaman di Peru

Menanggapi permasalahan tersebut, Ketua Komisi IV DPRD Banyumas, Dhuha Ngabdul Wasis, menyatakan komitmennya untuk membantu mencarikan solusi. Dalam kurun waktu satu minggu ke depan, pihaknya akan berupaya mengumpulkan dana bantuan, baik dari Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan maupun sumber lain. “Jika dana Rp 150 juta dapat terkumpul, alhamdulillah. Namun, jika tetap kurang, hal tersebut akan kembali kepada keluarga untuk memutuskan langkah selanjutnya,” ujar Dhuha. Sebagai opsi alternatif, mengingat kondisi jenazah yang dikhawatirkan memburuk seiring berjalannya waktu, Dhuha menyarankan agar keluarga mempertimbangkan pemakaman Yetti di Peru. “Di satu sisi, saya menyarankan pemakaman di sana karena jika terlalu lama, kasihan,” tambahnya.

Komunikasi Terakhir dan Harapan Keluarga

Keluarga terakhir berkomunikasi dengan Yetti pada 31 Januari 2025 melalui video call. Saat itu, Yetti mengeluhkan sakit tenggorokan, namun masih beraktivitas seperti biasa. Kepergian Yetti yang mendadak meninggalkan keluarga dalam keputusasaan dan harapan yang masih menyala untuk dapat mengantar jenazah almarhumah kembali ke kampung halaman. Hingga saat ini, keluarga masih menunggu kepastian terkait pemulangan jenazah dan berharap uluran tangan dari berbagai pihak agar Yetti dapat dimakamkan di sisi keluarga tercintanya.

  • Poin-poin penting:
    • Jenazah pekerja migran asal Banyumas tertahan di Peru karena kendala biaya repatriasi.
    • Keluarga telah berupaya mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, namun masih kekurangan Rp 150 juta.
    • DPRD Banyumas akan berupaya mencari bantuan dana dalam seminggu ke depan.
    • Sebagai alternatif, dipertimbangkan pemakaman jenazah di Peru karena kondisi jenazah yang dikhawatirkan memburuk.
    • Keluarga berharap dapat memulangkan jenazah almarhumah ke Indonesia.