Permohonan Pemulangan Duterte ke Filipina Menuai Pro dan Kontra

Permohonan Pemulangan Duterte ke Filipina Menuai Pro dan Kontra

Proses hukum internasional yang melibatkan mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, di Den Haag, Belanda, telah memicu reaksi beragam di Filipina. Duterte, yang hadir di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terkait tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perang melawan narkoba, menjadi pusat perdebatan hukum dan politik yang intens. Pihak pengacara Duterte, diwakili oleh Salvador Paolo Panelo Jr., telah mengajukan petisi resmi kepada Mahkamah Agung Filipina untuk memulangkan kliennya ke Manila. Petisi tersebut diajukan atas nama putri bungsu Duterte, Veronica, yang mengklaim pemerintah Filipina melakukan penculikan terhadap mantan presiden tersebut. Panelo Jr. menekankan bahwa yurisdiksi ICC hanya berlaku jika sistem hukum domestik suatu negara terbukti tidak berfungsi, sebuah argumen yang langsung dibantah oleh pihak pemerintah.

Pemerintah Filipina, melalui juru bicaranya Claire Castro, membantah tuduhan penculikan dan menegaskan bahwa kerja sama dengan Interpol dalam hal ini merupakan hak prerogatif negara. Castro menyatakan bahwa kasus ini bukan semata-mata tentang ekstradisi warga negara Filipina, melainkan tentang membawa seorang warga negara yang dituduh melakukan kejahatan berat, khususnya pembunuhan, ke pengadilan. Pernyataan ini memperkuat posisi pemerintah bahwa mereka bertindak sesuai dengan hukum internasional dan kewajiban mereka untuk menuntut keadilan bagi para korban perang melawan narkoba. Sementara itu, berbagai reaksi dari masyarakat Filipina bermunculan. Gilbert Andres, pengacara yang mewakili korban perang melawan narkoba, menyampaikan rasa syukur atas penahanan Duterte, menekankan pentingnya pertanggungjawaban hukum bahkan bagi figur sekuat mantan presiden tersebut. Namun, dukungan terhadap Duterte juga tetap terlihat, dengan sejumlah warga yang menyatakan ketidaksetujuan mereka atas proses hukum yang sedang berjalan, menggambarkannya sebagai ketidakadilan dan menumpahkan air mata tanda simpati.

Data pelacakan penerbangan yang diperoleh dari flightradar24.com menunjukkan pesawat yang diduga membawa Duterte sempat singgah di Dubai sebelum melanjutkan perjalanan ke Rotterdam, Belanda. Meskipun demikian, kepastian lokasi keberadaan Duterte hingga saat ini masih belum dapat dikonfirmasi. Kehadiran Duterte di Den Haag untuk menghadapi ICC menandai babak baru dalam pertarungan hukum internasional yang kompleks ini, sekaligus menyoroti perbedaan pandangan mendalam mengenai pertanggungjawaban atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan. Ketegangan antara pemerintah Filipina dan pihak pendukung Duterte dipastikan akan terus berlanjut seiring dengan perkembangan proses hukum lebih lanjut.

  • Klaim Penculikan: Pihak pengacara Duterte mengajukan petisi dengan klaim penculikan yang dilakukan pemerintah.
  • Yurisdiksi ICC: Perdebatan hukum mengenai yurisdiksi ICC dan fungsi sistem hukum Filipina.
  • Reaksi Publik: Pendukung dan penentang Duterte menunjukkan reaksi yang bertolak belakang.
  • Peran Interpol: Kerja sama antara pemerintah Filipina dan Interpol dalam proses hukum ini.
  • Kejahatan terhadap kemanusiaan: Tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilayangkan kepada Duterte terkait perang melawan narkoba.