Studi Terbaru: Pelemahan Sirkulasi Atlantik Terbalik, Dampaknya pada Iklim Global
Studi Terbaru: Pelemahan Sirkulasi Atlantik Terbalik, Dampaknya pada Iklim Global
Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature memberikan gambaran mengenai masa depan Sirkulasi Terbalik Meridian Atlantik (AMOC), sistem arus laut utama yang berperan krusial dalam iklim global. Hasil penelitian menunjukkan prediksi pelemahan AMOC hingga lebih dari 80 persen pada akhir abad ini, meskipun tidak sampai pada titik kolaps total. Temuan ini memicu diskusi di kalangan para ahli iklim mengenai implikasi potensial dari perubahan signifikan pada sistem arus laut ini.
AMOC, yang mencakup Arus Teluk (Gulf Stream), berperan vital dalam mengatur suhu dan distribusi curah hujan di seluruh dunia. Sistem ini berfungsi sebagai 'sabuk pengangkut' (ocean conveyor belt), mengangkut air hangat dari daerah tropis ke Atlantik Utara. Proses pendinginan dan peningkatan salinitas air di Atlantik Utara menyebabkan air tenggelam dan kembali ke selatan sebagai arus dalam. Proses ini, sangat berpengaruh terhadap iklim sedang di Eropa Barat, Tengah, dan sebagian Utara. Pelemahan AMOC akan mengganggu keseimbangan ini, berpotensi menyebabkan perubahan iklim yang signifikan.
Studi ini menggunakan model simulasi iklim yang canggih, mempertimbangkan skenario peningkatan emisi gas rumah kaca dan pencairan es yang masif. Simulasi tersebut menunjukkan bahwa meskipun AMOC melemah secara drastis, keruntuhan total dapat dihindari karena pengaruh kompensasi dari pergerakan arus laut di daerah lain. Namun, pelemahan sebesar 80 persen tetap berpotensi menimbulkan dampak yang sangat serius.
Berdasarkan prediksi model, dampak pelemahan AMOC meliputi penurunan suhu signifikan di Eropa, dengan potensi penurunan lebih dari tiga derajat Celcius per dekade, dan bahkan mencapai 5 hingga 15 derajat Celcius per dekade di Eropa Utara. Perubahan pola curah hujan global juga diprediksi akan terjadi, berpotensi mempengaruhi sistem monsun di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia. Hal ini berdampak pada pertanian, ketahanan pangan, dan ketersediaan air bersih di berbagai belahan dunia.
Pandangan para ahli iklim terhadap studi ini terbagi. Beberapa menyambut baik pendekatan yang komprehensif dan mempertimbangkan faktor-faktor global dalam penelitian ini, sementara yang lain menekankan pentingnya tetap waspada terhadap risiko yang ditimbulkan oleh pelemahan AMOC, meskipun belum terjadi kolaps total. Meskipun model simulasi menunjukkan kemungkinan pencegahan kolaps total, para ahli sepakat bahwa upaya serius untuk mengurangi pemanasan global akibat aktivitas manusia sangatlah penting untuk menjaga kestabilan AMOC dan mencegah konsekuensi yang lebih buruk di masa mendatang. Stabilisasi suhu global menjadi kunci untuk mengembalikan kekuatan AMOC ke kondisi semula.
Kesimpulannya, studi ini menyoroti urgensi mitigasi perubahan iklim. Meskipun tidak memprediksi keruntuhan total AMOC, dampak dari pelemahan yang signifikan tetap sangat mengkhawatirkan dan memerlukan tindakan segera.