Perayaan Idul Fitri di Arab Saudi: Tradisi dan Kemiripan dengan Indonesia
Perayaan Idul Fitri di Arab Saudi: Tradisi dan Kemiripan dengan Indonesia
Perayaan Idul Fitri, atau Lebaran, merupakan momen sakral bagi umat muslim di seluruh dunia. Meskipun dirayakan dengan nuansa budaya yang beragam, esensi kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan tetap menjadi inti perayaan tersebut. Indonesia, dengan tradisi mudik, silaturahmi, dan pemberian THR (Tunjangan Hari Raya) yang kental, menawarkan gambaran unik tentang perayaan ini. Namun, bagaimana perayaan Idul Fitri di Arab Saudi, pusat agama Islam, berlangsung? Apakah terdapat kemiripan dengan tradisi di Indonesia?
Menurut Dr. Mulawarman Hannase, Lc MAHum, pakar Kajian Timur Tengah dan Isu-isu Islam Kontemporer dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI), perayaan Idul Fitri telah menjadi tradisi sejak perkembangan Islam. Ia menjelaskan bahwa perintah bertakbir setelah menyelesaikan puasa Ramadan, sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 185, telah dipraktikkan Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya dan menjadi dasar perayaan Sholat Idul Fitri. Meskipun ekspresi perayaan beragam di berbagai belahan dunia, menyesuaikan adat dan budaya lokal, esensi dan tata cara Sholat Idul Fitri tetap sama.
Berikut beberapa kemiripan dan perbedaan perayaan Idul Fitri di Arab Saudi dengan Indonesia:
-
Suasana Perayaan: Arab Saudi memeriahkan Idul Fitri dengan dekorasi lampu hias dan lampion di jalanan, pepohonan, dan gedung-gedung. Lagu-lagu religi, seperti 'Ya Leilet El Eid' karya Umm Kulthum, turut menambah semarak suasana. Hal ini serupa dengan dekorasi dan nuansa religius yang juga terasa di Indonesia, meskipun dengan bentuk dan ciri khas yang berbeda.
-
Mudik dan Libur Panjang: Tradisi mudik juga ditemukan di Arab Saudi. Pemerintah memberikan libur panjang Idul Fitri, yang dimanfaatkan masyarakat untuk pulang kampung, mengunjungi tempat wisata, dan taman-taman publik. Pada tahun 2023, Raja Salman menetapkan libur nasional selama lima hari. Kemiripan dengan tradisi mudik di Indonesia sangat jelas, di mana jutaan orang kembali ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga.
-
Sholat Idul Fitri dan Silaturahmi: Sholat Idul Fitri di masjid-masjid dan lapangan terbuka menjadi kegiatan utama, diikuti dengan bersalaman dan saling memaafkan. Tradisi ini universal dalam Islam, meskipun istilah 'halalbihalal' yang lazim di Indonesia, tidak digunakan di Arab Saudi. Namun, silaturahmi dan saling mengunjungi keluarga dan kerabat untuk bermaaf-maafan merupakan praktik yang sama di kedua negara.
-
Makanan Tradisional: Masyarakat Arab Saudi juga memiliki tradisi makan bersama keluarga dan kerabat. Hidangan khas, seperti olahan daging kambing dan sapi, kue-kue manis seperti dibyaza, masoub, dan roti fatoot, menjadi bagian penting dalam perayaan. Meskipun berbeda dengan menu khas Indonesia seperti ketupat, opor, dan sambal goreng, esensi makan bersama untuk mempererat tali silaturahmi sama di kedua budaya.
-
Pemberian Hadiah dan THR: Pemberian hadiah uang kepada anak-anak merupakan tradisi yang umum di Arab Saudi. Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan tunjangan serupa THR di Indonesia. Contohnya, pada tahun 2024, Raja Salman menggelontorkan dana sebesar SAR 3 miliar (sekitar Rp 13 triliun) untuk anak yatim piatu, janda, pengangguran, penyandang disabilitas, dan lansia. Meskipun mekanismenya berbeda, tujuannya sama, yaitu meringankan beban ekonomi masyarakat kurang mampu selama Idul Fitri.
Kesimpulannya, meskipun terdapat perbedaan budaya dan tradisi dalam perayaan Idul Fitri antara Indonesia dan Arab Saudi, esensi perayaan dan beberapa praktik, seperti mudik, silaturahmi, saling memaafkan, dan berbagi kepada sesama, tetap menunjukkan kesamaan yang mendalam, memperlihatkan kekayaan dan keberagaman dalam perayaan hari raya umat muslim di seluruh dunia.