Banjir Pejaten Timur: Warga Manfaatkan Bencana untuk Memancing, Kendaraan Terendam

Banjir Pejaten Timur: Warga Manfaatkan Bencana untuk Memancing, Kendaraan Terendam

Banjir besar yang melanda kawasan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Selasa, 4 Maret 2025, menyisakan pemandangan yang tak biasa. Genangan air setinggi hingga dua meter, yang merendam sejumlah bangunan termasuk MTsN 23 Jakarta dan sejumlah kendaraan, justru dimanfaatkan oleh sebagian warga sebagai lokasi memancing dadakan. Kondisi ini menggambarkan dampak kompleks dari bencana alam, di mana kesulitan dan kerugian bercampur dengan upaya adaptasi dan bahkan, ironisnya, peluang yang tak terduga.

Salah satu warga, Ahmad (60), dari RT 11/RW 6, menjelaskan bahwa dirinya melihat sejumlah ikan lele muncul ke permukaan air banjir di Jalan Kemuning. Melihat kesempatan ini, Ahmad yang sedang libur, pun mengambil joran pancingnya dan mencoba peruntungan. Setelah sekitar setengah jam, ia berhasil mendapatkan seekor ikan lele dumbo yang rencananya akan dimasak untuk menu buka puasa. "Saya lihat banyak ikan, iseng saja. Ikan-ikan ini kemungkinan berasal dari kolam-kolam di sekitar MTsN 23 Jakarta yang jebol karena luapan air," ujar Ahmad. Kisah Ahmad ini mencerminkan bagaimana warga berupaya bertahan dan bahkan menemukan celah di tengah situasi sulit yang diakibatkan bencana alam.

Namun dibalik cerita unik tersebut, tersimpan keprihatinan yang lebih besar. Banjir yang mencapai ketinggian tiga meter pada pukul 06.00 WIB, menurut Ahmad, merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir, bahkan lebih tinggi daripada banjir tahun 2007 yang pernah merendam hingga ke ujung tanjakan MTsN 23 Jakarta. Kondisi ini mengindikasikan betapa seriusnya ancaman banjir di wilayah tersebut dan perlunya perhatian serius terhadap pengelolaan sistem drainase dan antisipasi bencana di masa depan.

Selain merendam MTsN 23 Jakarta, banjir juga mengakibatkan sejumlah kendaraan terendam. Sebuah motor Vespa dan mobil putih milik tetangga Ahmad yang terparkir di garasi ikut menjadi korban. Ahmad pun menceritakan pengalaman tetangganya yang tidak mengantisipasi ketinggian air, meskipun telah ada peringatan siaga satu. "Dipikirnya air biasa, nggak terlalu dalam, akhirnya mobilnya kerendem. Sekarang ya udah, siap-siap servis abis-abisan," tuturnya. Kejadian ini menjadi pelajaran berharga mengenai pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan warga menghadapi ancaman bencana.

Kesimpulannya, banjir di Pejaten Timur tidak hanya menimbulkan kerugian materiil dan dampak sosial, tetapi juga memunculkan kisah unik tentang adaptasi warga. Di satu sisi, kejadian ini menyoroti pentingnya mitigasi bencana dan infrastruktur yang memadai, di sisi lain, menggambarkan daya tahan dan kreativitas masyarakat dalam menghadapi situasi yang sulit. Peristiwa ini menjadi refleksi bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih siap dalam menghadapi bencana serupa di masa mendatang.