Krisis Polusi Udara di Pakistan: Jutaan Warga Terdampak, Kesehatan dan Ekonomi Terancam

Krisis Polusi Udara Melanda Pakistan: Ancaman terhadap Kesehatan dan Ekonomi

Pakistan tengah dilanda krisis polusi udara yang parah dan berkepanjangan. Selama empat bulan terakhir, puluhan juta warga Pakistan telah menghirup udara yang kualitasnya jauh di bawah standar aman, bahkan mencapai 20 kali lipat ambang batas yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Fenomena ini bukan sekadar masalah lingkungan, namun telah menimbulkan ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat dan perekonomian negara. Kabut asap pekat menyelimuti jalanan kota-kota besar, sebuah pemandangan yang semakin memburuk dan menjadi yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir, seperti yang dilaporkan oleh Agence France-Presse (AFP).

Analisis data pemantauan udara independen AQICN sejak 2018 menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Kabut asap musim dingin tahun 2024-2025 dimulai lebih awal, yakni pada bulan Oktober, dan berlangsung dengan tingkat konsentrasi polutan yang jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini bahkan melanda kota-kota yang biasanya relatif terbebas dari polusi udara berat. Kota Lahore, misalnya, menjadi salah satu yang paling terpukul. Sekitar 14 juta penduduknya terpapar PM2.5, partikel berbahaya yang dapat menembus paru-paru dan aliran darah, dengan konsentrasi 20 kali lipat atau lebih dari batas aman WHO selama enam bulan lamanya. Dampak serupa juga dirasakan di Karachi dan Islamabad, dengan masing-masing kota mencatat lebih dari 120 hari tingkat polusi yang membahayakan kesehatan.

"Kabut asap semakin parah setiap tahun," ungkap seorang pemilik pabrik di Lahore kepada AFP. Keprihatinan yang sama diungkapkan banyak warga, yang merasakan dampak langsung dari krisis ini. Seorang warga Lahore, misalnya, mengungkapkan kesulitannya untuk beraktivitas di luar ruangan karena asma yang dideritanya kambuh. "Saya tidak bisa keluar rumah, bahkan untuk ujian," ujarnya, menggambarkan bagaimana polusi udara telah mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan dampak psikologis. Banyak warga yang mengungkapkan keinginan untuk meninggalkan negara demi mencari lingkungan yang lebih sehat bagi anak-anak mereka.

Para ahli lingkungan menunjuk beberapa faktor penyebab krisis ini. Emisi dari pabrik dan kendaraan bermotor menjadi kontributor utama, yang diperparah oleh praktik pembakaran lahan pertanian oleh petani pada musim dingin. Kondisi cuaca yang lebih dingin dan angin yang lemah turut memperburuk keadaan dengan memerangkap polutan di atmosfer. Perubahan iklim juga berperan, ditandai dengan keterlambatan musim hujan yang biasanya membantu mengurangi polusi. Tahun ini, hujan baru turun pada akhir Februari, memperlihatkan ketidakpastian iklim yang semakin meningkat dan memperparah krisis polusi udara.

Keparahan kabut asap bahkan terlihat dari luar angkasa. Akibatnya, pihak berwenang terpaksa menutup sekolah-sekolah di provinsi Punjab, yang melayani jutaan siswa, termasuk di Lahore. Krisis ini bukan hanya masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga memiliki implikasi ekonomi yang signifikan. Kehilangan produktivitas, biaya perawatan kesehatan yang meningkat, dan dampak negatif terhadap pariwisata merupakan beberapa konsekuensi yang perlu dipertimbangkan. Pemerintah Pakistan menghadapi tantangan besar untuk mengatasi krisis ini dan melindungi warganya dari ancaman polusi udara yang semakin memburuk.

Beberapa langkah yang perlu diambil untuk mengatasi krisis ini antara lain:

  • Penerapan standar emisi yang lebih ketat untuk industri dan kendaraan bermotor.
  • Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pencemaran udara.
  • Pengembangan dan implementasi teknologi ramah lingkungan.
  • Program edukasi publik untuk meningkatkan kesadaran akan dampak polusi udara.
  • Investasi dalam penelitian dan pengembangan solusi untuk mengatasi polusi udara.
  • Kerjasama internasional untuk berbagi pengetahuan dan teknologi.

Krisis polusi udara di Pakistan ini merupakan panggilan bagi pemerintah dan masyarakat internasional untuk bertindak cepat dan efektif dalam mengatasi masalah ini sebelum dampaknya menjadi lebih dahsyat dan tidak terkendali.