Nasib Hewan Peliharaan di Akhirat: Tinjauan Hadis dan Interpretasi Ulama
Nasib Hewan Peliharaan di Akhirat: Tinjauan Hadis dan Interpretasi Ulama
Perdebatan seputar nasib hewan peliharaan, khususnya kucing, di akhirat kerap muncul di kalangan umat Muslim. Interpretasi hadis dan pandangan ulama menjadi rujukan utama dalam memahami isu ini. Salah satu hadis yang sering dikutip berasal dari Abu Hurairah RA yang tercantum dalam Tafsir Al-Tabari: "Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua makhluk pada hari akhirat kelak. Yaitu setiap hewan, burung-burung, dan juga manusia. Lalu Allah berkata kepada hewan-hewan dan juga burung, 'Jadilah kamu tanah.'"
Hadis ini sering diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa hewan tidak akan mengalami kehidupan akhirat sebagaimana manusia. Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, seorang ulama fikih terkemuka, menjelaskan bahwa hadis tersebut menunjukkan perbedaan nasib antara hewan dan manusia di akhirat. Manusia, sebagai makhluk yang diberi akal dan dibebani tanggung jawab, akan dihisab amal perbuatannya, sementara hewan tidak. Pandangan ini diperkuat oleh kitab Al-Yaum al-Akhir al-Qiyamat al-Sughra wa Alamat al-Qiyamah al-Kubra karya Umar Sulaiman al-Asyqar, yang menekankan adanya balasan (qisas) atas setiap perbuatan, namun konteksnya berbeda antara manusia dan hewan.
Namun, pemahaman tersebut tidak lantas menutup kemungkinan interaksi dengan hewan peliharaan di surga. Hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA dari Nabi SAW menyebutkan: "Pada hari kiamat, semua hak akan diberikan kepada pemiliknya, bahkan dari binatang bertanduk kepada yang tidak bertanduk." Hadis ini membuka kemungkinan adanya bentuk keadilan dan pemenuhan hak, meskipun detailnya tidak dijelaskan secara eksplisit.
Lebih lanjut, Syaikh Faraz Rabbani, ulama Pakistan-Kanada yang dikenal melalui laman Seekers Guidance, berpendapat bahwa di surga, seorang Muslim dapat memohon apa pun kepada Allah SWT, termasuk bertemu dengan hewan peliharaannya. Pendapat ini didasari pada hadis yang menceritakan percakapan antara seorang laki-laki dan Rasulullah SAW mengenai keberadaan hewan di surga. Ketika ditanya tentang kuda di surga, Rasulullah SAW menggambarkan kenikmatan surga yang melampaui batas imajinasi, sementara pertanyaan tentang unta dijawab dengan janji akan terpenuhinya segala keinginan hati di surga. (HR Tirmidzi)
Hadis lain yang relevan adalah kisah Arab Badui yang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang untanya. Rasulullah SAW menjawab, "Wahai Arab Badui, sekiranya Allah SWT memasukkan kamu ke dalam surga Insya Allah, maka di dalamnya terdapat apa saja yang kamu kehendaki dan melezatkan pemandangan matamu." Hadis ini menunjukkan bahwa kenikmatan surga bersifat universal dan dapat mencakup keinginan-keinginan yang terkait dengan makhluk hidup, termasuk hewan peliharaan. Kesimpulannya, meskipun hadis-hadis tersebut tidak secara spesifik menjelaskan nasib hewan peliharaan di akhirat, interpretasi yang beragam menunjukkan bahwa kehadiran mereka di surga lebih mengarah pada konteks kenikmatan surgawi yang melampaui batas pemahaman manusia.
Oleh karena itu, pemahaman yang komprehensif memerlukan pemahaman kontekstual hadis dan penafsiran yang bijak dari para ulama. Lebih penting lagi adalah fokus pada pengabdian kepada Allah SWT dan memperlakukan semua makhluk dengan baik di dunia, sebagai bentuk ibadah yang diridhoi-Nya.