Deflasi Sementara Akibat Subsidi Listrik: Prediksi Inflasi Tahun 2025 Tetap dalam Sasaran BI

Deflasi Sementara dan Prospek Inflasi 2025

Indonesia mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut pada Januari dan Februari 2025, masing-masing sebesar 0,76 persen dan 0,48 persen secara bulanan (month to month/mtm). Fenomena ini terutama didorong oleh kebijakan pemerintah yang memberikan diskon tarif listrik sebesar 50 persen selama periode tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), diskon ini berkontribusi signifikan terhadap deflasi, sebesar 1,47 persen pada Januari dan 0,67 persen pada Februari. Akumulasi deflasi year to date (ytd) mencapai 1,24 persen. Namun, analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa tanpa adanya diskon listrik, IHK kemungkinan akan mencatat inflasi sebesar 0,9 persen (ytd).

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, memberikan pandangannya terkait perkembangan ini. Ia memprediksi adanya potensi kenaikan inflasi pada Maret 2025 seiring dengan berakhirnya program diskon listrik. Hal ini diprediksi akan menyebabkan normalisasi harga dan berpotensi meningkatkan inflasi sebesar 2,14 persen. Faktor lain yang turut mempengaruhi proyeksi inflasi adalah meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran, serta potensi inflasi impor akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Meskipun demikian, Pardede tetap optimistis bahwa inflasi tahunan 2025 akan tetap berada dalam kisaran target Bank Indonesia (BI), yaitu 1,5 persen hingga 3,5 persen.

Analisis Lebih Lanjut dan Pertimbangan Faktor Eksternal

Meskipun dampak diskon listrik terhadap deflasi cukup signifikan, Pardede menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi inflasi ke depan. Meningkatnya permintaan barang dan jasa selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri merupakan faktor yang perlu diwaspadai. Tradisi belanja dan konsumsi yang meningkat pada periode tersebut secara historis selalu memberikan tekanan pada angka inflasi. Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing juga menjadi perhatian. Pelemahan ini dapat menyebabkan peningkatan harga barang impor, yang pada akhirnya akan mendorong inflasi impor. Kedua faktor ini, dikombinasikan dengan berakhirnya subsidi listrik, berpotensi menghasilkan peningkatan harga yang signifikan.

Pardede menjelaskan bahwa proyeksi inflasi tahunan sebesar 2,33 persen pada akhir tahun 2025 merupakan hasil perhitungan yang mempertimbangkan berbagai faktor tersebut. Angka ini meningkat dari 1,57 persen pada akhir tahun 2024, mencerminkan dampak dari berakhirnya program subsidi dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Secara keseluruhan, pernyataan tersebut menunjukkan bahwa meskipun deflasi terjadi pada awal tahun, kebijakan pemerintah dan faktor-faktor ekonomi lainnya akan mempengaruhi tingkat inflasi di sepanjang tahun 2025.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi:

  • Berakhirnya diskon tarif listrik
  • Peningkatan permintaan konsumsi (Ramadhan dan Lebaran)
  • Pelemahan nilai tukar rupiah dan potensi inflasi impor
  • Target inflasi Bank Indonesia (BI) 1,5% - 3,5%