Banjir Bandang di Perumahan Subsidi Bekasi: Infrastruktur Minim, Warga Terdampak Berulang

Banjir Bandang di Perumahan Subsidi Bekasi: Infrastruktur Minim, Warga Terdampak Berulang

Perumahan The Arthera Hill 2 di Desa Jayasampurna, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menjadi sorotan setelah diterjang banjir bandang pada Selasa, 4 Maret 2025. Ketinggian air yang mencapai atap rumah warga mengakibatkan kerusakan signifikan dan viral di media sosial. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai kesiapan infrastruktur dan antisipasi bencana di kawasan perumahan subsidi tersebut. Tim investigasi mengunjungi lokasi pada Rabu, 11 Maret 2025, guna menelusuri penyebab dan dampak bencana yang menimpa ratusan keluarga.

The Arthera Hill 2, yang merupakan pengembangan dari The Arthera Hill 1, terletak sekitar 1 kilometer dari area perumahan yang lebih dulu dibangun. Warga setempat menyebutnya sebagai The Arthera Hill Extension. Meskipun banjir di The Arthera Hill 2 kini telah surut, bekasnya masih terlihat jelas berupa endapan lumpur dan kerusakan pada beberapa rumah. Kondisi ini diperparah dengan minimnya akses transportasi umum ke lokasi, sehingga mengandalkan kendaraan pribadi menjadi satu-satunya pilihan. Akses menuju perumahan pun melewati jalanan rusak yang diapit lahan pertanian dan permukiman penduduk yang tidak padat.

Salah satu warga, Iko, penghuni The Arthera Hill 1 selama dua tahun, mengatakan bahwa The Arthera Hill 2 sering terendam banjir, berbeda dengan area tempat tinggalnya yang hanya mengalami genangan sementara di jalan. Perbedaan ketinggian tanah diduga menjadi faktor penyebab perbedaan dampak banjir di kedua kawasan tersebut. Pengamatan di lapangan memperlihatkan perbedaan signifikan antara kondisi The Arthera Hill 1 dan 2, baik dari segi kondisi bangunan maupun aktivitas warga. Beberapa blok di The Arthera Hill 2 tampak sepi, dengan beberapa warga mengungsi sementara.

Adam, warga The Arthera Hill 2, mengungkapkan bahwa pembangunan water pond di samping perumahan, yang berukuran 2 persen dari total luas perumahan, diduga menjadi salah satu penyebab utama banjir. Ia menjelaskan bahwa water pond yang berbentuk huruf L dan berada dekat dengan Kali Cikarang, mempunyai tanggul pembatas yang rendah dan belum diperkuat dengan dinding beton permanen. Hal ini mengakibatkan air dari luapan Kali Cikarang, yang bermuara dari luapan air hujan di daerah Bogor, dengan mudah meluap dan membanjiri permukiman. Ia menambahkan bahwa banjir kali ini merupakan kejadian kelima sejak perumahan tersebut dihuni, bahkan banjir keempat dan kelima terjadi hanya dalam selang waktu empat hari, dengan ketinggian air sekitar 3 meter yang merendam hampir 300 rumah.

Lebih lanjut, Adam menjelaskan bahwa warga dilarang meninggikan bangunan rumahnya sebelum lima tahun masa hunian. Hanya diperbolehkan menambahkan fasilitas tambahan seperti pagar dan kanopi. Sistem drainase yang kurang memadai, diperparah dengan selokan yang dangkal di sekitar water pond, juga menjadi faktor yang memperburuk dampak banjir. Pihak pengembang, PT Prisma Inti Propertindo, menyediakan alat khusus untuk membuang air dari water pond, namun hal tersebut dinilai belum cukup mengatasi permasalahan banjir berulang yang terjadi.

Kesimpulannya, banjir bandang di Perumahan The Arthera Hill 2 bukan sekadar bencana alam biasa, melainkan cerminan dari permasalahan tata kelola lingkungan dan infrastruktur yang minim. Perlunya kajian mendalam terkait sistem drainase, peningkatan infrastruktur tanggul dan water pond, serta regulasi yang lebih komprehensif untuk mencegah terulangnya bencana serupa di masa mendatang. Selain itu, perlu juga diperhatikan aksesibilitas dan ketersediaan transportasi umum bagi warga terdampak. Investigasi lebih lanjut terkait peran pengembang dalam mengatasi masalah ini juga perlu dilakukan.