Dividen Jumbo BCA Rp 37 Triliun: Analisis Mendalam bagi Investor

Dividen Jumbo BCA Rp 37 Triliun: Analisis Mendalam bagi Investor

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) telah mengumumkan pembayaran dividen final senilai Rp 250 per saham untuk tahun buku 2024, mengakumulasikan total dividen sebesar Rp 37 triliun. Angka ini mencakup dividen interim yang telah dibayarkan pada Desember 2024. Pengumuman yang disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BCA pada Rabu, 12 Maret 2025, ini memicu pertanyaan bagi investor: apakah saat ini waktu yang tepat untuk membeli saham BBCA, atau lebih bijak untuk menahan kepemilikan?

Rasio dividen yang dibayarkan mencapai 67,4% dari total laba bersih BBCA tahun 2024 yang mencapai Rp 54,8 triliun. Meskipun laba bersih meningkat 12,7% dibandingkan tahun sebelumnya, rasio dividen ini menunjukan penurunan dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 68,4%. Penurunan ini, menurut beberapa analis, merupakan strategi untuk menjaga keberlanjutan pembagian dividen dalam jangka panjang. Berdasarkan harga saham BBCA pada penutupan sesi I perdagangan Rabu, dividen yield diperkirakan sekitar 2,7%.

Persepsi Para Analis:

Pandangan para analis terhadap dividen BBCA ini terpolarisasi. Handiman Soetoyo, Head of Proprietary Investment Mirae Asset, mencatat bahwa total dividen yang dibayarkan berada di bawah perkiraan sebelumnya, baik dari perkiraan internal maupun konsensus pasar. Ia juga menyoroti penurunan rasio dividen sebagai fenomena yang belum pernah terjadi dalam delapan tahun terakhir. Ia berpendapat bahwa yield dividen BCA relatif rendah jika dibandingkan dengan bank-bank besar lainnya, sehingga kurang menarik bagi investor yang berfokus semata pada dividen. Namun, ia menambahkan bahwa bagi investor yang mencari pertumbuhan yang stabil, BBCA tetap menjadi pilihan yang sangat baik.

Ekky Topan dari Infovesta Utama mengamini bahwa secara historis, dividen BBCA tidak menjadi daya tarik utama bagi pemburu dividen tinggi, karena terdapat bank lain yang menawarkan yield lebih tinggi. Namun, ia menekankan bahwa hal ini tidak mengurangi daya tarik BBCA sebagai investasi jangka panjang. Menurutnya, kekuatan utama BBCA terletak pada potensi capital gain dan keamanan investasi, mengingat track record pertumbuhan harga sahamnya.

Ekky menambahkan bahwa dividen lebih sebagai bonus, dan ia memprediksi target harga terdekat BBCA di level 9.350, dengan potensi mencapai 10.000 jika tren kenaikan berlanjut.

Kesimpulan:

Keputusan untuk membeli atau menahan saham BBCA sangat bergantung pada strategi investasi individual. Bagi investor yang mengejar dividen tinggi, mungkin terdapat pilihan yang lebih menarik di sektor perbankan. Namun, bagi mereka yang memprioritaskan pertumbuhan jangka panjang dan keamanan investasi, BBCA tetap menjadi pilihan yang solid, dengan dividen sebagai tambahan nilai. Analisis mendalam terhadap fundamental perusahaan dan perbandingan dengan kompetitor sangat penting sebelum mengambil keputusan investasi.

Poin-poin Penting:

  • Total dividen BBCA tahun 2025: Rp 37 triliun
  • Dividen final tahun 2024: Rp 250 per saham
  • Rasio dividen 2024: 67,4% dari laba bersih
  • Yield dividen berdasarkan harga saham Rabu: sekitar 2,7%
  • Pandangan analis terbagi antara fokus dividen dan pertumbuhan jangka panjang
  • Potensi capital gain dan keamanan investasi BBCA menjadi daya tarik utama
  • Target harga BBCA: 9.350 - 10.000 (jangka pendek)