Negosiasi Doha: AS dan Hamas Berusaha Akhiri Krisis Sandera dan Konflik Gaza

Negosiasi Doha: Upaya AS-Hamas Bebaskan Sandera dan Akhiri Konflik Gaza

Pertemuan langsung antara perwakilan kelompok Hamas dan negosiator Amerika Serikat (AS) untuk penyanderaan, Adam Boehler, telah berlangsung di Doha, Qatar, dalam beberapa hari terakhir. Pertemuan ini menandai babak baru dalam upaya penyelesaian krisis sandera dan konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas yang telah menghancurkan Gaza dan menimbulkan kerugian besar bagi kedua belah pihak. Fokus utama negosiasi adalah pembebasan Edan Alexander, warga negara ganda AS-Israel yang masih ditahan Hamas di Gaza. Pertemuan ini juga membahas potensi kesepakatan bertahap untuk menghentikan konflik, suatu langkah yang selama ini dianggap sangat sulit untuk dicapai.

Taher Al Nono, penasihat politik pemimpin Hamas, mengkonfirmasi berlangsungnya pertemuan tersebut dan menyatakan bahwa Hamas telah menunjukkan sikap positif dan fleksibel dalam pembicaraan, menekankan pentingnya kesejahteraan rakyat Palestina. Nono menambahkan bahwa Hamas telah menyatakan kesediaannya untuk mempertimbangkan pembebasan tahanan sebagai bagian dari negosiasi. Hal ini menunjukkan adanya perubahan pendekatan dari Hamas, yang sebelumnya jarang menunjukkan kelenturan dalam isu pertukaran tahanan.

Dari pihak AS, Adam Boehler menyampaikan optimisme atas peluang kemajuan dalam negosiasi. Dalam wawancara dengan CNN dan saluran televisi Israel N12, Boehler menyatakan bahwa pemerintahan AS saat ini berfokus pada pembebasan ke-59 sandera yang tersisa dan mengakhiri perang di Gaza. Ia bahkan memperkirakan kemungkinan pembebasan beberapa sandera dalam beberapa minggu mendatang. Pernyataan optimis Boehler ini mendapat dukungan dari sinyal positif dari kedua belah pihak, Israel dan Hamas, yang keduanya menunjukkan kesiapan untuk melanjutkan negosiasi gencatan senjata. Mediator dari berbagai negara, termasuk Mesir, terus berupaya memperpanjang gencatan senjata yang telah berlangsung selama 42 hari sejak Januari 2025.

Utusan khusus Presiden AS, Steve Witkoff, menegaskan bahwa pembebasan Edan Alexander, seorang tentara Israel berusia 21 tahun dari New Jersey yang diyakini sebagai satu-satunya sandera AS yang masih hidup di Gaza, merupakan prioritas utama. Alexander diyakini ditahan Hamas sejak serangan lintas batas pada Oktober 2023. Boehler berharap pembebasan Alexander, bersama dengan jenazah empat sandera AS-Israel lainnya yang telah meninggal, dapat menjadi titik awal untuk pembebasan sandera lainnya. Perlu dicatat bahwa pembicaraan ini merupakan perubahan signifikan dalam kebijakan AS yang selama ini menolak bernegosiasi dengan kelompok yang dianggap sebagai organisasi teroris, termasuk Hamas.

Meskipun terdapat perkembangan positif dalam negosiasi, situasi di lapangan tetap tegang. Konflik yang dimulai dengan serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023 telah mengakibatkan lebih dari 48.000 korban jiwa di Gaza, menurut pejabat kesehatan setempat, dan 1.200 warga Israel tewas serta 251 disandera. Meskipun telah terjadi kesepakatan gencatan senjata pada 19 Januari 2025, yang mencakup pembebasan 33 sandera Israel dan lima sandera Thailand dengan imbalan pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina, ketegangan masih belum mereda sepenuhnya. Langkah-langkah seperti penghentian penjualan listrik Israel ke Gaza, meskipun pasokan listrik telah diputus sejak awal perang, tetap menimbulkan kekhawatiran. Laporan medis juga menyebutkan jatuhnya korban jiwa warga Palestina akibat tembakan Israel.

Dengan demikian, negosiasi di Doha menjadi titik harapan bagi penyelesaian konflik dan pembebasan sandera. Suksesnya negosiasi ini akan bergantung pada kemampuan semua pihak untuk berkompromi dan mengedepankan kepentingan perdamaian dan kemanusiaan di atas kepentingan politik jangka pendek. Keberhasilan pembebasan sandera dan tercapainya kesepakatan gencatan senjata yang berkelanjutan akan menjadi tonggak penting dalam upaya membangun perdamaian yang langgeng di kawasan tersebut.