Kebijakan Trump Picu Pelemahan Rupiah dan Gejolak Pasar Keuangan Global
Kebijakan Trump Picu Pelemahan Rupiah dan Gejolak Pasar Keuangan Global
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan, menembus level Rp 16.300 per dolar AS pada akhir Februari 2025. Kondisi ini diperparah oleh serangkaian kebijakan eksekutif yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sejak dilantik pada Januari 2025. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Februari 2025 pada Kamis, 13 Maret 2025, menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan tersebut telah menciptakan gejolak di pasar keuangan internasional yang berdampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Data menunjukan bahwa hingga 28 Februari 2025, nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.340 per dolar AS, melebihi target asumsi makro APBN 2025 yang sebesar Rp 16.000 per dolar AS. Perbandingan dengan akhir tahun 2024 menunjukkan pelemahan yang cukup signifikan, dari Rp 16.162 per dolar AS menjadi Rp 16.340 per dolar AS. Tren pelemahan ini berlanjut hingga pertengahan Maret 2025, dengan nilai tukar rupiah yang tercatat di level Rp 16.453 per dolar AS pada pukul 09.15 WIB, Kamis, 13 Maret 2025, berdasarkan data Bloomberg. Pelemahan ini menunjukkan penurunan 1 poin (0,01 persen) dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Tidak hanya rupiah yang terdampak, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) juga ikut mengalami tren pelemahan. Yield SBN tenor 10 tahun tercatat sebesar 6,88 persen pada akhir Februari 2025 dan 6,98 persen secara year to date (ytd). Angka ini lebih tinggi dibandingkan posisi akhir tahun 2024 yang sebesar 6,7 persen (ytd 6,8 persen). Sri Mulyani menjelaskan bahwa gejolak ini merupakan dampak dari respons berantai yang dipicu oleh kebijakan-kebijakan Trump. Reaksi dari negara-negara ekonomi besar seperti Kanada, Eropa, Tiongkok (RRT), dan Meksiko, telah menciptakan dinamika dan gejolak di pasar valuta asing dan yield obligasi di seluruh dunia.
Kondisi ekonomi Indonesia selama Januari dan Februari 2025 dinilai sebagai periode yang tidak mudah dan tidak biasa. Serangkaian "shock" yang dipicu oleh kebijakan-kebijakan eksekutif Trump, dan respons balasan (retaliasi) dari negara lain telah menciptakan ketidakstabilan yang signifikan. Pemerintah menghadapi tantangan dalam mengelola dampak dari kebijakan-kebijakan global ini terhadap perekonomian domestik. Situasi ini mengharuskan pemerintah untuk terus memantau perkembangan pasar keuangan global dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dari kebijakan-kebijakan Trump terhadap perekonomian Indonesia dan strategi mitigasi yang tepat.
Berikut poin-poin penting dampak kebijakan Trump:
- Pelemahan Rupiah: Nilai tukar rupiah melemah signifikan terhadap dolar AS, melewati target APBN 2025.
- Kenaikan Yield SBN: Imbal hasil SBN juga meningkat, menunjukkan peningkatan risiko.
- Gejolak Global: Kebijakan Trump memicu reaksi berantai di pasar keuangan global, mempengaruhi negara-negara lain.
- Tantangan bagi Indonesia: Indonesia menghadapi periode ekonomi yang tidak mudah dan perlu strategi mitigasi yang tepat.